Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Kisah Putri Galing Jadi Penjual Tisu Demi Bantu Ibu

Diperbarui: 16 Desember 2018   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Azan shalat ashar bergema dari pengeras suara Masjid Sunda Kelapa. Panggilan dari Allaah Swt untuk menunaikan tanggungjawab kehambaan dengan mengikuti sunnah Rasulullah Saw secara berjamaah. Beberapa orang menelusuri jalan dengan agak bergegas, takut ketertinggalan takbiratul ula. Hari itu, Jum'at tanggal 6 Rabi'atul Akhir 1440 H.

Para pedagang satu persatu telah merapikan barang dagangan. Setelah berjualan menjelang Jum'at. Kawasan Masjid Sunda Kelapa dengan keramaian jamaah untuk shalat jum'at menjadi peluang berdagang. Diorganisir oleh Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) jadilah kawasan sunda kelapa seperti pasar tumpah.

Dengan santai Putri Galing memainkan kotak sepatu berwarna hitam. Seperti memainkan mobil mobilan. Dalam kotak yang sederhana. Terletak dengan agak lusuh 5 buah tisu. 

Putri Galing. Belajar berdagang membantu Ibu

"Pak beli tisunya pak" "Pak beli lah tisunya pak" dengan suara lembut ia menawarkan tisu. Berapa satu? Rp. 5.000,-. Ada harapan berbinar dalam matanya menjawab pertanyaan soal harga. 

Dengan siapa kesini? Dengan Ibu, Pak!. Beli satu ya. Maka dengan senyum ia sukses menjual satu tisu. Maka oboran berlanjut. Berapa umur Putri Galing sekarang? dengan polos ia menjawab "5 tahun pak". Sudah sekolah? "Paud sudah dan sekarang lagi TK" ia menjawab sambil duduk manis didepan pintu masuk Masjid Sunda Kelapa.

Punya cita-cita, bila dewasa nanti?. Dengan lirikan mata mengarah keatas kemudian bermain ke sudut kanan. Ia belum memberikan jawaban. Mau melanjutkan sekolah? Nanti akan masuk Sekolah Dasar Pak.

Sepatu telah selesai membungkus kaki untuk melanjutkan perjalanan. Terima kasih ya Putri Galing. Ia menjawab pun, "sama-sama Pak".

Ia tinggal bersama orang tuanya dekat perkampungan Stasiun Manggarai. Datang ke Kawasan Sunda Kelapa dengan Ibu kandung yang juga berdagang di luar kawasan Masjid Sunda Kelapa.

Dok. Pribadi

Langkah kaki ini mesti dilanjutkan. Ada janji dengan teman di Pusat Penjualan Buku di Blok M Square lantai dasar. Berjalan bersisian dengan taman Suropati menelusuri. Sebelah kiri ada Bappenas dengan cat putih gagah berdiri. Dulunya lembaga Think Thank Pembangunan Nasional. Jalan ini bernama Jl. Imam Bonjol.

Kedatangan Busway masih lama. Dan naiknya mesti di halte. Dan tidak sembarang tempat seperti Metromini dan Kopaja. Kabarnya Metromini berangsung hilang dan Kopaja bergabung dengan manajemen Busway. Semoga ada perubahan nama lebih Indonesia, tidak Busway, bukan Transjakarta. Ada ide?.

Sambil berjalan, terlihat sebelah kiri Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Tempat bermusyawarah untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara Merdeka. Tempat para tokoh memberikan kemampuan terbaik untuk berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan bangsa lain di sunia. Tidak banyak pengunjung yang terlihat. Ia tetap menjadi museum sebagai penanda dan pengingat tentang warisan bangsa dan negara Indonesia yang kita bagian darinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline