Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Memanfaatkan Digital, Era Baru Pertanian 4.0

Diperbarui: 1 November 2018   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://breakthrough.unglobalcompact.org/disruptive-technologies/digital-agriculture/

Erapo kembali menorehkan prestasi bidang kebijakan, berupa peningkatan sektor pertanian yakni Agriculture 4.0 Feeding Next Generation atau Pertanian 4.0. Lahir dari kesepakatan tingkat tinggi negara-negara Eropa dalam bidang pertanian tentang arah industri pertanian kedepan. Pertanian Eropa lebih siap untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pelaku industri pertanian. Kalau diindonesia bernama Agroindustri, Agrowisata dan teman-temannya.

Ketahan pangan adalah hal mendasar untuk keutuhan sebuah bangsa. Belajar sebelumnya tentang krisis pangan sebelum lahirnya Revolusi Hijau di Meksiko, India, Pakistan. Lewat tanaman gandum, maka Jepang mesti merubah pola konsumsi masyarakatnya. Termasuk kita Indonesia yang senang menikmati mie instan dan aneka roti yang tepung berasal dari gandum.

Harapan pengembangan sorgum, sebagai pengganti gandum era Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN dan Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden Republik Indonesia ke-6. Sekarang keberadaan dan perkembangan sorgum tidak tahu bagaimana kelanjutannya, termasuk cetak sawah baru.

Perbaikan pertanian, berawal dari petani dan budaya pertanian. Hal ini mutlak sebagaimana ungkapan Prof Dr. Ir MSA Muladno periha kritik tentang konsep Closed Loop yang ditawarkan oleh Kadin Indonesia.

"Rekomendasi saya, kita mendidik peternak dulu. Supaya peternak yang kecil-kecil ini kita ajari mereka berkoperasi. Diajari dari bawah, bukan membentuk koperasi lalu peternak disuruh ikut. Jika dibentuk koperasi dari atas lalu peternak diikutkan, seringkali anggota koperasinya tidak tahu apa-apa yang untung pengurus koperasinya lebih dulu, anggotanya tetap babak belur. Jadi mendidik berkoperasi itu betul-betul dari bawah".

Mencontoh hal yang baik, tidak menjadikan kita bangsa tertinggal. Pertanian 4.0 yang di gagas oleh Agrolink Flanders dan KATANA sebagai upaya eropa mengefektifkan kebutuhan dan ketahanan pangan dengan biaya efektif dan efisien.

Menggunakan pendekatan starup menjadikan teknologi digital sebagai jembatan antara petani dengan produsen industri dan termasuk konsumen akhir. Bila tidak mengusahakan pangan untuk bahan industri. 

Contoh penerapan ini telah dimulai oleh Muhaimin Iqbal lewat gerakan penanaman kacang tanah di Bali, Jonggol dan beberapa daerah lainnya. Dengan mendirikan perusahaan dengan ikon "iGrow" menjadikan petani memiliki akses dana dan pasar yang jelas. Hal ini membuat petani bertambah sejahtera.

Kombinasi dan kaloborasi menggunakan akad salam, istisna, mudharabah (bagi hasil) syirkah (kerjasama) dalam sebuah aplikasi memberikan penurunan biaya operasional dan biaya bila menggunakan pendekatan konvensional.

Pertanian 4.0 adalah solusi soal ketahanan dan ketersediaan pangan. Akibat faktor perubahan iklim, kelangkaan air, pengurangan lahan pertanian dan kebutuhan energi.

Digitalisasi ini berfocus pada pengembangan dan pemanfaatan tekonologi digital di bidang pertanian dengan tiga pilar, Pertama pertanian pintar (smart farming), pertanian terukur (precision farming) dan pemanfaatan bioteknologi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline