Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Dagau Kaca dan Urang Urang Sawah

Diperbarui: 28 Oktober 2018   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penanaman padi di sawah rawa di seluma Bengkulu. Dokumen Pribadi

Hamparan padi menguning berisi. Burung pipit pergi dan datang lagi. Tiap pagi dan sore hari. Petani senang hati. Gabah dapat harga tinggi. Akhir tahun stok tipis kata menteri.

Dangau tempat menyandar diri. Rasa penat berkeliling sendiri. Mengusap peluh di pipi. Tikus ikut maling malam hari. Burung punai pun menyigi. Sebab elang sudah pergi.

Baju lama tak terpakai lagi. Buat duplikat petani. Tegak berdiri dikasih tali. Ditarik sore dan pagi tiga kali. Pipit pergi ke kelapa tinggi. Menanti.

Duplikat petani menari. Bersuara keras tegangan tinggi. Buat burung punai berlari. Terbang tinggi tak kembali. Sebab angin tolong petani.

Petani semakin bertanya sendiri. Ada dagau kaca berdiri. Tidak memiliki tali. Urang Urang Sawah menari dan bernyanyi jaz bermelodi.

Cukup lewat gawai aplikasi. Petani kota bikin notifikasi. Dagau Kaca bergetar sendiri. Kirim foto tanpa tali. Beribu foto pipit kabur terbang tinggi. Kepala tikus takut sendiri. Ada kucing bergigi besi.

Petani kota pencet aplikasi. Foto dan narasi saling sinergi. Sawah padi menguning tetap berisi. Tidak boleh hilang sebiji. Untuk bayar hutang investasi. Berbunga seperti mawar berduri.

Membajak sawah dengan kerbau dan bajak oleh petani di Nagari canduang koto laweh, kab. Agam

Dalam angan menepi. Petani mendo'a dalam hati. Apa ini petani berdasi. Semua pakai aplikasi. Tidak mesti berlumpur lagi.

Ini hanya ilusi dalam imaji. Bertani adalah dedikasi. Berdaulat ringkih tanpa hati. Penguasa datang berganti. Mulai Desa sampai menteri.

Bikin deklarasi berbuah puji. Impor beras tanpa hati. Biar duit masuk modal diri. Berpolitik di musim tanam nanti. Mengatur urang sawah-sawah dengan duit mengairi. Pundi-pundi receh upah kerja beberapa hari.

Esok generasi petani, kelak menjadi menteri. Atau Pesiden bisa jadi. Sayang tanah ibu pertiwi sekarat mati. Sulit bertumbuh padi. Rumput ilalang senang berdiri. Menari. Hangus dibakar api. Benci. Dengki. Iri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline