Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Monumen PDRI yang Tak Terawat di Nagari Koto Tinggi

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13724311631103519804

Berkesempatan untuk mengunjungi Nagari Koto Tinggi di Kec. Gunuang Omeh Kab. 50 Kota bersama peserta Latihan Kader II HMI Cabang Payakumbuh pada tanggal 26 Juni 2013. Kegitan yang merupakan bagian dari materi pelatihan. Peserta dibawa ketempat berserjarah di kabupaten 50 Kota untuk membangkitkan jiwa nasionalis. Hal ini sejalan dengan Misi HMI yakni kader ummat dan kader bangsa. Sejerah adalah sebuah kebenaran yang berdiri sendiri. Penerjemahan dalam penelitian tidak terlepas dari asumsi yang dibangun oleh penulis. Sejarah adalah hasil keputusan orang dan organisasi. Sejarah menjadi pembelajaran penting bagi generasi muda terutama mahasiswa. Sedih itulah perasaan pertama melihat rumah dengan arsitektur Belanda yang kotor dan terkunci. Tidak ada akativitas pemeliharaan dari petugas khusus. Sejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia adalah episode genting keberadaan negara kesatuan republik Indonesia. Ketika Belanda melakukan agresi dimana pemerintahan di Jakarta diserang penjajah. Kemudian pindah ke Yogya dan akhirnya mesti berada di Provinsi sumatera Barat. [caption id="attachment_271190" align="alignleft" width="448" caption="Rumah tempat pertemuan Syarifuddin Prawiranegara di Nagari Koto Tinggi"][/caption] Koto tinggi menjadi pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Setelah itu Ketua PDRI Bapak Syarifudin Prawiranegara melakukan gerilya untuk tidak tertangkap oleh Belanda. Dibeberapa bagian loteng telah jebol oleh rembesan air. Beberapa sampah bertebaran dilantai. Seperti tidak ada petugas yang memelihara gedung yang menjadi saksi sejarah penyelamatan republik Indonesia. Untuk bisa sampai ketempat ini pengunjung harus naik bus umum jurusan Bukittingi-Payakumbuh-Koto tinggi. Jarak Nagari Koto Tinggi berjarak 45 km dari pusat kota Payakumbuh. Perjalanan kesana akan terasa nikmat dari pemandangan negri yang berbukit dan hamparan persawahan yang sedang menguning. Sebelum sampai di monumen kantor PDRI sebainya singgah di rumah gadang kelahiran Ibrahim Dt. Tan malaka yang merupakan Bapak Republik Indonesia. Ia adalah putra asli Kab. 50 Kota yang berjuang menyelamatkan penindasan dari penjajah dan juga kapitalis. Bukunya yang terkanal Madilog adalah masterpice pemikiran Ibrahim Dt. Tan Malaka. Sebuah fakta terungkap bahwa Ibrahim Dt. Tan Malaka adalah anak surau. Ia belajar mengaji kebeberapa guru dan tuanku. Dalam tradisi minangkabau seorang anak bujang harus tidur di surau dan belajar mengaji dan silat kepada guru sebagai bekal untuk pergi merantau. Sebuah sejarah akan memancarkan fakta kebenaran bagi kita yang bebas prasangka dan kepentingan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline