[caption id="attachment_265067" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS/Helena F. Nababan)"][/caption] Semenjak percontohan penanaman padi dengan pola organik, satu persatu masyarakat di jorong balai tinggi dan solok bio-bio mengikuti bertanam padi dengan pola organik. Apa sebab? Masyarakat membutuhkan bukti yang dapat dilihat oleh mata kepala dan juga disentuh oleh tangan. Pengalaman langsung itulah kunci sukses.
Berbeda dengan petani yang pernah menikmati pendidikan minimal SMA dan mempunyai kemauan belajar dan pembaca yang kuat. Maka persoalan memberikan model pengolahan secara organik lewat berbagai tulisan adalah hal yang mudah. Bersabar dan tetap konsisten, adalah pilihan selanjutnya untuk menjadikan 2 jorong berbeda nagari ini menjadi sentra penghasil beras organik di Kota Sarilamak.
Pemasaran beras masih diwilayah Payakumbuh dan Kota Padang. Beberapa petani memiliki cadangan kotoran ternak yang bisa diberdayagunakan. Untuk jorong Balai tinggi rata-rata petani memiliki hewan ternak 1 sampai 2. Prinsip hewan ternak adalah untuk tabungan untuk keperluan mendadak, seperti biaya rumah sakit atau pernikahan anak serta biaya pendidikan anak kelak bila masuk perkualihan.
Sebelum menggunakan pola organik, kotoran sapi dibuang begitu saja tanpa proses pengolahan. Sebelumnya kandang sapi masyarakat hanya untuk berteduh bagi hewan. Sekarang mesti ditambah untuk meneduhkan kotoran sapi untuk menjadi tabungan membuat pupuk organik majemuk lengkap. Ada beberapa pengalaman dari petani di jorong bio-bio Nagari Solok Bio-bio yang menggunakan kotoran sapi yang belum matang dan diolah. Ia mendapati bahwa tidak terpengaruh apa-apa terhadap tanaman.
Biasanya kejadian ini berasal dari mencuri pengalaman orang lain dan tidak bertanya bagaimana proses pembuatan dan menghasilkan pupuk organik. Bagaimana proses menabung kotoran? Proses sangat sederhana. Petani mesti memasukkan saldo tabungan setiap 3 hari berupa kotaran sapi, atau ayam ditempat teduh. Kemudian ditambah saldo dengan abu sekam. Maka jumlah saldo akan terus bertambah, karena setoran dari sapi hadir setiap hari dengan frekuensi 2 atau 3 kali.
Sedangkan untuk abu sekam butuh diinput sekali 3 hari sekali. Adakah pencatatan dari tabungan ini. Belum memiliki catatan, hanya sebagai barang bukti adalah jumlah karung yang telah tercampur untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk organik majemuk lengkap. Tabungan diambil dari masing-masing kandang sapi untuk pembuatan pupuk organik secara kolektif dalam kelompok yang kemudian akan dibagi kepada penabung.
Dua kelompok tani di dua jorong telah mampu membuat pupuk organik majemuk lengkap untuk masing-masing lahan milik petani. Sebagian dari tabungan petani dijual bagi petani diluar anggota kelompok. Tahapan selanjutnya adalah menabung untuk membeli mesin penghancur sampah organik seharga Rp. 15.000.000,-. Dari mana dana ini berasal, dari hasil panen yang disisihkan untuk membeli beberapa peralatan untuk meningkatkan kapasitas produksi beras organik di dua jorong berbeda nagari. Dari hitungan sementara jumlah investasi yang dibutukan adalah Rp. 50.000.000,- juta. Ada yang berminat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H