Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Ibrahim Dt Tan Malaka Anak Surau yang Dicap Komunis

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1373107268620128429

[caption id="attachment_272979" align="alignright" width="300" caption="Rumah kelahiran Ibrahim Tan Malaka"][/caption] Kesempatan untuk kembali berkunjung ke tempat kelahiran Ibrahim Dt. Tan malaka di nagari suliki kab. 50 Kota membuka sebuah fakta sejarah yang tak tertuliskan. Lahir dari keluarga minangkabau yang memiliki adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Makna kata basandi bukanlah bersendi, namun berasal dari. Hal ini menjelaskan bahwa seseorang yang lahir dan tumbuh di ranah minang adalah Islam dan mengamalkan Islam. Lahir dan dibesarkan di kampung Ibrahim Dt. Tan Malaka menikmati budaya mengaji ke surau. Seseorang anak laki-laki akan dipermalukan oleh teman sejawat dan juga masyarakat bila tidak tidur disurau. Surau adalah tempat berkumpul anak laki-laki untuk mengaji dengan seorang guru. Aktivitas mengaji dimulai dari mengenal huruf demi huruf. Metode belajar mengaji disurau menggunakan metode bahgdadi. Dalam metode ini setiap anak akan belajar pengenalan huruf, pemberian baris dan juga irama yang indah, seperti alif diatas aa, alif dibawah ii. Pendidikan surau adalah pendidikan yang mampu melahirkan generasi yang memahami adat minangkabau yang tersimpan dalam pepatah petitih. kalimat yang indah tersimpan pesan demi pesan sebagai bekal untuk kemampuan memahami kehidupan dan juga membaca masyarakat. Seorang anak surau dibekali dengan beberapa keterampilan utama. Pertama, keterampilan silat yang berguna untuk membela diri ketika dianiya. Dalam silat tersimpan filosofi dan juga nilai-nilai hidup. Kedua, keterampilan berkomunikasi, setiap anak surau belajar pepatah petitih dan merangkai kata lewat analogi demi analogi sederhana. Tradisi komunikasi di ranah minang menggunakan sindiran dan tidak tembak 12 pas. Ketiga, keterampilan baca tulis alqur'an. Seorang anak surau memiliki kemampuan dalam membaca dan memahami alqur'an. Seorang guru mengajarkan dengan menggunakan kitab kuning klasik. Biasanya menggunakan tafsir Jalalain berbahasa arab dan kitab tafsir Almanar. Kewajiban seorang anak surau setelah belajar kepada seorang guru adalah menuntut ilmu kepada guru lain. Guru tersebut juga membuka surau. Masing-masing guru memiliki kekhasan dan juga kelebihan. Ada yang kuat pada tafsir alqur'an, fikih dan juga kajian pemahaman. Alat perjuangan seorang anak surau yang memiliki idiologi mampu mengorbankan dirinya untuk memperjuangkan kebenaran yang ia yakini. Dengan kemampuan komunikasi yang handal, keberanian yang terbentuk dari silat maka wajar Ibrahim Dt. Tan Malaka berjuang melawan penindasan baik oleh penjajah maupun oleh penguasa. Anak surau mempunyai kewajiban untuk merantau karena budaya minang mewajibkan anak surau untuk merantau mengasah keterampilan, merubah nasih dan juga mencari ilmu pengetahuan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline