[caption id="attachment_221878" align="alignnone" width="448" caption="Padi Organic dari Sawah diKampung Bendang Sungai Sariak"][/caption] Sebuah penantian panjang semenjak bulan Juni 2012 mengolah sawah dengan pola pure organic di Kampuang Bendang Nagari Sungai Sariak Kab. Padang Pariaman. Banyak kisah indah dan juga cerita demi cerita terangkum dalam diskusi di Lapau dan juga kajian di Surau Dagang. Kisah itu terangkum indah dalam jejak tulisan di kompasiana.com. Dan kisah itu terus belanjut dengan cerita terbaik dan kepuasan menikmati sajian beras organic dari sawah sendiri dan sahabat pelaku pertanian. Pada foto padi organic diatas adalah hasil karya sahabat Zul Doni Putra seorang guru SMS di Kota Pariaman. Malam tadi bercerita panjang menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk mengembangkan kawasan organic dalam satu bendera Agro Pure Organic Part di berbagai titik. Langkah-langkah ini membutuhkan kesamaan langkah dan juga manajemen tanam untuk mendapatkan kapasitas produksi maksimal. Pola kemitraan sistem dan juga investasi bagi hasil mampu membawa kemudahan bagi petani untuk mengurangi 70% biaya produksi yang lebih banyak keluar untuk pembelian pupuk dan anti hama bagi tanaman. Dari penghematan tesebut petani mampu untuk menabung dan mempergunakan untuk keperluan lainnya. Hal ini menjadi landasan sistem kerja organic. Perbincangan lainnya adalah bagaimana membangun sistem distribusi dan pengembangan merek dari hasil pertanian masyarakat yang menggunakan sistem dan metode murni organic. Jawaban dari perbincangan itu adalah: Menjadikan petani mampu membuat pupuk organic dan anti hama organic dengan metode yang sangat sederhana. Kemudian menjadikan mereka sebagai pengusaha atas beberapa produk dan jasa yang nanti dibeli oleh Agro Pure Organic Part. Sedangkan untuk hasil panen disalurkan lewat sistem bagi hasil penjualan dan juga jaringan outlet di bawah SEHAT-I Plaza Agro Pure Organic Part. Mengelola sebuah sistem usaha seperti menghasilkan sepiring padi organic yang enak dinikmati ketika menjadi nasi di dalam piring. Berteman dengan sayuran dan juga cabe organic, lengkap sudah kenikmatan makan ditemani dengan senyum kepuasan atas hasil karya sendiri. Butuh pengorbanan waktu, tenaga, fikiran dan finansial yang lumayan untuk mendapatkan beras organic. Semua terbayar lunas ketika mendapatkan hasil padi organic yang dipanen awal okterber 2012 sebelum kami menjadi team master of training Latihakan Kader III HMI Badko Sumatera Barat yang telah berlangsung pada tanggal 14 Oktober sampai 22 Oktober 2012 di asrama haji lama kota padang. Sedangkan untuk finansial setahap demi setahap mulai menampakkan benih tumbuh. Karena saat ini sedang menjajaki jaringan distribusi untuk kota padang. Bagi petani pelaku murni organic adalah jaminan pemasaran hasil karya mereka. Sebelum ke Sungai Sariak singgah di 12 Kampuang Nagari Canduang Kota Laweh untuk melihat sawah petani binaan yang menggunakan pola dan sistem pure organic. Sawah tersebut menghasilkan beras jenis rendah putih dengan usia 6 bulan. [caption id="attachment_221881" align="aligncenter" width="448" caption="Malambuak padi 70% organic dan selanjutnya 100% organic"]
[/caption] Dengan kondisi alam yang berlereng, maka petani masih menggunakan alat bantu tradisional untuk memanen padi mereka. Petani ini adalah Pak Malin Tanameh warga asli 12 Kampuang Canduang Koto Laweh Kab. Agam. Segelas kopi, dan beberapa vitamin asap menemani penulis ketika berbincang dan bercengkrama membahas berbagai permasalahan pertanian dan juga bagaimana menjadikan hasil tani lebih mampu memakmurkan petani. Banyak kisah dan cerita tentang bagaimana pertanian sistem organic yang dilakukan oleh masyarakat 2 generasi diatas sebelum masuknya sistem pertanian berbasis pupuk kimia. Kisah itu menjadi bahan kajian dan penelitian yang diujicobakan kembali di berbagai tempat dan sawah percontohan. Dari perbincangan tersebut akan melahirkan jejak-jejak baru yang insya Allah akan terekam di kompasiana.com dan Facebook saya: Sang Pemenang Pembelajar II. Semoga warga setia kompasiana dan sahabat mau bersiap sedia menjadi pelaku, penikmat hasil karya petani organic dan juga pewarta setia setiap kejadian dan prestasi petani yang mulai memperbaiki lingkungan setitik demi setitik. Seperti perkataan pepatan minang. Alam takambang jadikan guru, kok satitiak jadikan lauik, kok sakapa jadikan gunuang. Terima kasih telah membaca, karena kami mesti kembali kesawah di kala pagi dan pulang dari kebun kala sore hari. Dan jangan biarkan nasi di piring anda terbuang menjadi rimah yang akan menjadikan kami mengurut dada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H