Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Cerita di Balik Pembuatan Pupuk Organik Majemuk Lengkap

Diperbarui: 19 Juni 2019   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Gerakan pertanian organik menjadi tren dan menciptakan pasar baru. Hal ini muncul dari masyarakat kota yang melek dengan kesehatan pangan. Gerakan ini menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi petani di pelosok nagari yang terbatas informasi dan minim keterampilan bertani organik. Hal ini perlu percepatan alih teknologi dan keterampilan bagi petani lewat berbagai magang.

Memang tidak mudah untuk mengalihkan tradisi bertani menggunakan petisida dan funsida. Karena ada beberapa hambatan dan kendala, terutama resiko yang mesti ditanggung petani bila proses peralihan tidak tepat sesuai dengan harapan. Hal ini membutuhkan dukungan berbagai pihak terutama inisiator dan dinas pertanian. 

Tulisan ini adalah penggalan kisah yang terjadi ketika membuat Pupuk Organik Majemuk Lengkap (POML) dengan starter Bioteknologi NT 45 di Jorong Pakan Sinayan Nagari Kamang Kab. Agam Sumatera Barat. Penulis beserta dengan Ahmad Gazali, Mirda Syiwal, Alif dan Yudis Kudu sebagai tenaga terampil.

Proses POML (complete compound organic fertilizer) mengukuti 3 tahapan utama dalam proses pembuatan. 

Pertama. Pengumpulan bahan utama berupa: Kotoran ternak sapi atau kerbau atau ayam petelur atau bahasa kerennya kohe (kotoran hewan). Syarat kotoran tidak terkena air hujan secara langsung. Dan sebaiknya kotoran dari kandang ternak yang memiliki atap sebagai peneduh kotoran. Bahan utama kedua adalah abu pembakaran sekam atau abu pembakaran lain yang berasal dari tanaman. 

Sedangkan bahan ketiga adalah bekatul (dedak) atau dalam bahasa sahabat saya Mirda Syiwal dadak. Sedangkan bahan terakhir adalah Bioteknologi NT 45 hasil penemuan dari Ir. Darmansyah Msc. 

Kedua. Pengadukan ketiga bahan utama secara manual. Disinilah serunya kisah atau cerita dimulai. Bergumul dengan kotoran ternak pada saat pengambilan dikandang ternak atau pada awal membentangkan kotoran. Berbagai kejadian kecil yang sering memicu tawa, kecewa dan juga mengurut dada. 

Tawa terlahir dari bagaimana seorang sahabat baru kali ini menikmati bergumul dengan kotoran. Sepanjang hidupnya baru kali ini diminta untuk mengeluarkan dan mengumpulkan kotoran langsung dari kandang sapi. Kemudian membawa dengan becak motor. Pada pengadukan ia mesti mengeluarkan kotoran dari karung dan mengaduk dengan bahan lain.

Aroma sedapnya kotoran menyengat hidung, menggelayut di kaki dan melekat di tangan. Sedangkan untuk kecewa adalah keengganan seseorang yang belajar membuat POML  untuk terjun serta mengaduk kotoran dengan bahan lainnya. Dalam syarat utama belajar adalah mau melakukan tahapan teknis pembuatan. 

Selidik punya selidik ternya ia membanggakan status sosial yang melekat. Namun bagi kami status sosial adalah bagian lain, karena jika belajar maka statusnya adalah murid. Sedangkan untuk urusan mengurut dada. Adalah bagaimana etika terkadang dikesampingkan. Dari beberapa kali proses pembuatan POML  keegoaan diri karena status sosial berdiri tidak pada tempatnya. 

Maka terkadang kesabaran sampai pada batasnya. Ketika sindiran tidak lagi mempan dan teguran secara canda tidak mengena. Maka ungkapan terbaik adalah meminta untuk pergi dan tidak berada di lokasi pembuatan pupuk organik majemuk lengkap. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline