Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Ikan Larangan, Kearifan Lokal untuk Ekonomi Masyarakat di Ranah Minang

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Lubuak Ongon, Korong Lansano, Nagari Sikucua, Kecamatan V  Koto Kampuang Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat adalah tempat berlangsungnya Kemah Baksi Sosial Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta yang berlangsung pada tanggal 8-10 Juni 2012.

Kegiatan ini adalah bentuk dari Pengabdian kepada masyarakat dari Tridarma Perguruan Tinggi. Kegiatan yang memiliki tiga agenda besar. Pertama. Pembentukan karakter mahasiswa khusus angkatan 2011 lewat serangkaian outbound training yang di kelola oleh team Surau Intelektual (HMI Komisariat Proklamator, KP2M, KCM dan K2HP) memiliki target untuk menciptakan mahasiswa berkesadaran akademik, organisatoris dan kritis menyingkapi problematika kekinian. Kedua. Bakti sosial berupa sosialisasi tentang bahaya sampah rumah tangga, ketersedian MCK pada masing masing rumah dan pembersihan kampung. Ketiga, Analisa permasalahan ekonomi masyarakat dan pemberdayaan pariwisata berbasis kearifan lokal.

Pemilihan tempat KBSM tahun ini menimbang beberapa alternatif permasalahan diantaranya:


  1. Kultur masyarakat setempat. Hal ini bertumpu pada kajian kekuatan ekonomi masyarakat dalam suatu nagari. Korong Lansano Nagari sikucua V Koto Kampung dalam adalah nagari yang luluh lantak pada gempa pada tanggal 29 September 2009 dahulu.
  2. Ketersediaan kearifan lokal untuk penguatan ekonomi masyarakat. Kajian ini menyelaraskan pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa dan dosen fakultas ekonomi UBH.
  3. Kondisi alam dan lingkungan. Peserta KBSM sejumlah 314 orang, dengan panitia pelaksana 55 orang termasuk team SC yang terdiri dari Junald Ismail dan Riki Minarsah sebagai penanggung jawab tahapan kegiatan KBSM kali ini.


Beberapa permasalahan utama masyarakat Korong Lansano, Nagari Sikucua:


  1. Distribusi ekonomi yang masih timpang antara pendapatan dan pengeluaran. Dari perbincangan dengan kepala Korong Lansano (setara dengan kepada RW) bahwa penduduk yang tinggal adalah orang tua yang memiliki aktivitas bertani dengan skala kecil. Kemudian anak-anak yang berada pada usia sekolah. Rasio penduduk yang tinggal di kampung dengan rantau 40:60. 40 % adalah mereka yang menetap di kampung dan 60% berada di rantau sebagai pedagang, dan kegiatan ekonomi sektor informal.
  2. Ketergantungan masyarakat terhadap sawah dan ladang yang masih menggunakan penanaman tradisional dan ketergantungan pupuk kimia. Hal ini dapat dilihat dari kualitas tanah pertanian. Dimana dari tahun ke tahun tidak terdapat peningkatan hasil gabah sedangkan biaya pupuk semakin tinggi. Sedangkan untuk tanaman ladang, terdapat beberapa jenis tanaman, diantaranya adalah Kelapa yang telah berumur diatas 10 tahun. Dalam hal ini butuh peremajaan kelapa untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk ekonomi masyarakat. Jenis tanaman selanjutnya adalah Durian yang memiliki musim berbuah sekali setahun, pada saat sekarang ini sedang menunggu masak, diperkirakan pada bulan puasa durian akan jatuh dari batangnya.
  3. Tingkat kesadaran masyarakat menjaga sungai sebagai asset bersama. Hal ini terlihat sungai menjad sentra Mandi,Cuci dan Kakus masyarakat. Seloroh masyarakat yang penulis temui bahwa Sungai tersebut menjadi WC terpanjang. Untuk menikmati pemandangan ini datanglah di waktu pagi menjelang matahari terbit dan bila azan magrib telah berkumandang. maka pemandangan MCK terlihat jelas.


Ikan Larangan

Ikan larangan adalah kesepakatan sosial masyarakat dalam bidang ekonomi berupa pelarangan menangkap ikan dalam jangka waktu tertentu. Ikan larangan mengambil tempat sungai sepanjang 2 Km yang dimulai dari Korong Ai Janiah sampai ke Nagari Cimpago. Jenis ikan larangan adalah ikan gariang yang merupakan ikan spesifik sungai di ranah minang. Kemudian Ikan nila dan berbaga ikan spesifik lainnya diantaranya: ikan bauang, ikan tilan, ikan panjang.

Ikan larangan merupakan asset bersama masyarakat, pemanenan Ikan dilakukan menjelang bulan puasa nanti. tepat jatuhnya tanggal 15 Juli 2012. Pemanenan ikan menggunakan metode memancing. Menurut ketua pemuda setempat setiap orang yang akan ikut memancing membayar sejumlah 50.000 sd 100.000/pancing.

Hasil dari pendapatan ini akan digunakan untuk pembangunan jalan Korong, penyelesaian pembangunan Mushalla dan masjid di selingkaran Nagari Si kucua V Koto Kampuang Dalam. Untuk pemanenan besar insya Allah dilaksanakan dalam 3 tahun kedepan.

Sisi positif dari ikan larangan adalah terpeliharanya kebersihan sungai dan juga sumber ekonomi bersama masyarakat Nagari.

Namun masih membutuhkan perbaikan untuk memenuhi aspek pariwisata kearifan lokal baik secara infra struktur maupun standar pelayanan bagi pengunjung. Dalam hal ini membutuhkan wirausaha sosial dari anak nagari dan juga investor luar.

Insya Allah kami dari Yayasan Sang Pemenang Pembelajar focus pada penelitian, pengembangan dan pemberdayaan kearifan lokal yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lewat gerakan Wirausaha Muda Nagari, melalui Seminar, Pelatihan, Worshop dan Entrepreneur Camp, Expo Wirausaha Muda nagari.

Adakah yang berminat?

Hubungi:

Riki Minarsah 0852 7414 7191

Junaldi Ismail 0812 6656 6679




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline