Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggelan Pagi & Sore di Pantai Padang, Aha!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

jDisapa Mentari dengan kelembutan cahaya yang terbit dari Timur. Dinyanyikan sebuah kicauan merdu Burung yang bersahutan dengan merdu kokok awam. Dibelai Deburan Ombak Kota Padang pagi dan sore hari adalah sebuah kehidupan memiliki alur yang memberikan persona indah, kekaguman dan syukur. Walau terkadang ada kasus demi kasus yang muncul sebagai bagian tidak terpisahkan akibat buruk perilaku manusia.

Pantai Padang yang merentang pada sisi barat pulau Sumatera memiliki deburan ombak hampir setinggi 2 meter. Memiliki beberapa teluk diantaranya Teluk bayur dan juga pantai-pantai Indah. Ada muaro Padang dengan gunung padangnya. Roman Siti Nurbaya menjadi nilai estetika Muaro Padang. Kemudian ado pantai purus yang merupakan tempat wisata kuliner terbaru di Kota padang. Kemudian ada pantai Air Manih dengan legenda Malin Kundang yang memberikan pembelajaran bagi siapapun yang sudi memetik hikmah.

Berlanjut semakin keujung maka bertemu dengan pantai Ulak karang yang berseberangan dengan muaro batang kuranji. Universitas Bung hatta berdiri tegap menghuni semenajung. Indah dan mengesankan bila matahari mulai merapat menuju malam. Duduk santai menikmati secangkir cappucino, teh dan kopi sambil bercengkrama dengan sahabat dan orang yang sudi menikmati sensasi keindahan ciptaan yang Maha Kuasa.

Mari kita berlanjut semakin keujung arah Kabupaten pariaman. Disebalah bung Hatta pantai tetap menanti deburan ombak membasahi. Pantai Pasir Jambak dengan eksotis dan ekosistem air payau. Bagi Penumpang Pesawat terbang akan dimanjakan dengan view indah garis Pantai. Pasir demi pasir berjalan cepat terbawa ombak yang kembali kelauat. Beberapa binatang diantara umbai-umbai (sebutan masyarakat lokal) untuk jenis kepiting bersembunyi di balik pasir yang mengkilap. Ada pantulan cahaya yang menari, karena ada pecahan beling yang telah halus menjadi pasir. Terbawa oleh sungai sampai kemuara.

Inilah sisi Indah garis Pantai kota Padang. Namun dalam sisi Keindahan masih tersimpan banyak misteri dan juga keunikan yang perlu ekplorasi dan pembenahan sistem pariwisata, pengelolaan dan juga pemberdayaan masyarakat pesisir pantai padang. Belajar dari beberapa pengelolaah Pantai yang profesional baik dari kalangan bisnis maupun masyarakat sekitar di Indonesia. Seperti Pantai Losari Makassr, Kuta di bali, Lovina, Sengigi di Lombok, dan Pantai Goa di Sumbawa ada yang menghentak kesadaran bahwa Pantai memang milik bersama, namun belum terjaga oleh perilaku keseharian dan juga tradisi yang terus berlanjut.

Beberapa tradisi ini diantaranya:


  1. Buang sampah di tepi pantai. Hal ini terlihat dari banyak sampah yang terbawa ombak di beberapa pantai. Para pengunjung, pengelola usaha dari kalangan masyarakat seakan menjadikan pantai adalah tong sampah besar yang mampu menyelesaikan masalah sisa hasil kesenangan.
  2. Sampah buang hajat. Hal ini berlaku di beberapa bibir pantai di daerah puruih, ulak karang. untuk mendapatkan pemandangan ini maka disarankan untuk melihat kala subuh berlalu menjelang matahari terbit menyapa setiap kita.
  3. Kurangnya penanaman pohon lindung sebagai penambah kenyamanan dalam berpariwisata. Pantai yang memiliki pohon lindung berada di Pantai Universita Bung Hatta, beberapa di Pantai Muaro dan juga Air manih.
  4. Keelolakan pelayanan yang masih sangat jauh dari harapan. Kenyamanan adalah yang dibutuhkan oleh pengunjung setelah keindahan pemandangan pantai. Beberapa pengalaman pribadi mensahihkan hal ini. Harga yang tidak normal dan terkadang tidak masuk akal. Pemerasan dalam kedok perpakiran. Umpatan dan kata kasar yang menjadi hiasan bibir.
  5. Menjamurnya tenda ceper sebagai lahan memadu kasih dan asmara yang terlarang. Hal ini terlihat sepanjang pantai purus yang baru dibuka dengan pelebaran jalan.


Kata sahabat dan teman baik masa kuliah di Univeristas Bung Hatta menyatakan bahwa Pantai Padang kehilangan pesona Ranah Minang yang memiliki falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kita bullah. Adat mamakai, Sarak Mangato.

Dalam tatapan mata memandang, deburan ombak membawa angin. Maka gempa itu menyusul dan terus mengintai, karena ia sedih dengan akumulasi perilaku yang semakin tidak terkendali. Oleh kita, masyarakat kita, anak kemanakan kita dan juga mahasiswa serta pelajar yang melepaskan penat kala stess setelah selesai ujian akhir Nasional.

Pantai Padang bentangan pesona yang semakin menangis sedih, saya kira....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline