Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Menata Do'a, Prinsip Pertama Sang Pemenang Pembelajar (1)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1325500412911455271

DREAMING/DOA

“Ya Tuhan kami berikanlah kebaikan dalam berkehidupan didunia, kebaikan dalam berkehidupan di akhirat, dan peliharalah kami dari kesengsaraan dunia dan akhirat”

Inilah do’a masyhur kaum muslimin ketika meminta kepada Allah pencipta langit dan bumi untuk mendapatkan kebaikan dalam dimensi kehidupan di dunia. Kebaikan dalam menjalan usaha, kebaikan dalam menjalankan tugas sebagai seorang profesional. Kebaikan sebagai seorang ayah, ibu, anak. Kebaikan bagi seorang pemimpin untuk membawa masyarakat kepada kebaikan.

Kebaikan yang menjadi panduan berbuat dalam dimensi kekinian. Do'a pembuka setiap lembar tindakan dalam berbagai peran kehidupan dalam sehari-semalam. Do'a yang terus menderas setiap saat dan waktu. Menata do'a adalah awal menata pikiran dan juga tindakan sebagai perwujudan do'a.

Mendapatkan kebaikan dalam dimensi kehidupan di akhirat. Kebahagian tersebut terjauh dari kesengsaraan di dunia dan akhirat. Kebaikan dalam proses akhir semua aktivitas memberikan kebahagian dan kepuasan. Setiap akhir dari berbagai tindakan mendatangkan kepuasan.

Seorang ayah dan ibu menjadikan akhir indah dalam kehidupan mereka mampu memberikan yang terbaik bagi anak tersayang. Seorang anak mampu memberikan sesuatu yang berarti kepada orang tua. Semua tindakan yang berakhir dengan sebuah kebahagian maka adalah bentuk do'a yang memberikan hasil akhir yang baik.

“The power of Dream” merupakan pernyataan perusahaan Honda yang didirakan oleh Sachiro Morata. Perusahaan terdepan dalam bidang otomotif. Memproduksi berbagai mobil, sepeda motor, dan juga robot humanik yang hampir menyerupai manusia. Robot-robot dengan kemampuan untuk melanyani orang tua. Robot-robot yang mampu memudahkan aneka pekerjaan manusia.

Inilah bentuk perusahaan honda menata do'a. Kemampuan do'a perusahaan honda memandu setiap aktivitas perusahaan untuk melahirkan karya-karya inovatif dalam berbagai bidang. Beberapa perusahaan terus menemukan kekuatan do'a dalam bentuk slogan, seperti Pertamina dengan slogan Semangat terbarukan. Inilah pembeda sebuah do'a tertata dengan do'a yang hanya tidak tertata. Banyak do'a yang telah dipanjatkan dan di ucapkan, namun belum memiliki kekuatan untuk menjadi inspirasi untuk berbuat setiap hari.

Sebuah pekerjaan yang sama dan mendatangkan dalam sisi penghasilan sama memiliki nilai yang berbeda. Pembedaan ini berawal dari do'a masing-masing. Secara teknis pekerjaan setiap pekerjaan memiliki standar operasional proses yang telah baku. Namun akan memberikan hasil berbeda dalam hal kepuasan dan juga kebahagiaan.

Si Badu bekerja sebagai seorang marketing dengan pendapatan sama dengan si Budi. Dalam pekerjaan di Badu sering mengeluh tentang berbagai permasalahan. Permasalahan bertemu dengan konsumen sangat pemarah, cerewat adalah keluhan paling sering muncul dalam keluhan. Dukungan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan keinginan menambah sesak dada. Produktifitas kerja menurun, kesehatan memburuk dan sering mengalami permasalahan di luar pekerjaan.

Sedangkan budi merasakan kepuasan dalam bidang pekerjaan. Keluhan demi keluhan pelanggan yang datang kepadanya adalah bagian dari pembelajaran bagaimana melayani pelanggan. Keluhan menjadi bahan perbaikan dalam memberikan layanan, masukan untuk perusahaan melakukan perbaikan demi perbaikan. Kehidupan lainnya juga membahagian. Pulang kerumah dengan wajah berseri, disambut oleh anak dan istri dengan penuh keceriaan.

Perilaku dan tindakan Antara badu dengan budi ditentukan oleh sebuah do’a/dreaming dalam bekerja. Menata do'a dalam bekerja memberikan respon berbeda terhadap stimulus tantangan pekerjaan.

[caption id="attachment_160674" align="alignleft" width="300" caption="5 Disiplin Utama Sang Pemenang Pembelajar"][/caption]

Menata doa/dreaming menyangkut dengan konsepsi niat. Dalam niat terdapat beberapa dimensi

  1. Konsepsi niat berdimensi spiritual. Pekerjaan yang dilakukan oleh Budi menata do'a dalam bekerja dengan meminta kepada sang maha pengasih dan penyayang diberikan kerido'an dan juga diniatkan sebagai bagian Ibadah. Ketika memanjatkan do’a Budi memformulasikan sebuah gambaran visual yang dapat di dilihat, dirasa bagaimana seseorang merasakan manfaat dari aktivitas pekerjaan yang ia lakukan. Setiap pelanggan ia do'akan mendapatkan kebaikan dan manfaat.
  2. Konsepsi niat berdimensi emosional. Pekerjaan yang dilakukan oleh Badu berpusat keinginan mendapat pujian dari atasan dan penghargaan dari rekan kerja, namun tidak memiliki keinginan untuk membahagiakan konsumen atau pelanggan. Berbeda dengan Budi yang meniatkan pekerjaan mampu mendatangkan kebahagian bagi pelanggan. Seulas senyum mengambang adalah harapan dan kebahagiaan ketika selesai menyelesaikan melayani.
  3. Konsepsi niat berdimensi dimensi intelektual. Melakukan pekerjaan untuk mendapatkan berbagai manfaat untuk terus mengasah kemampuan dalam melayani. Memberikan motivasi bagi Budi untuk terus berlajar dari setiap konsumen yang dilayani. Tidak sengan untuk menimba ilmu dengan rekan ataupun dengan pelanggan.
  4. Dimensi niat berdimensi materi. Bentuk dimensi ini adalah menggunakan segenap materi untuk dapat membantu memudahkan sebuah pekerjaan. Mendapatkan gaji dan bonus adalah sebuah hadiah dan bukan tujuan.

Menata Do'a/Dreaming mesti memiliki empat dimensi kerangka niat yang melekat. Menata doa/dreming bukan sebuah ketidaksadaran yang datang tiba-tiba ketika terlelap dalam nyenyaknya tidur. Proses menata do'a/dreaming adalah sebuah proses penyadaran akan bagaimana sesuatu itu akan di terwujudkan.

Seperti sebuah lukisan yang ada dalam pikiran seorang pelukis yang belum tertuang dalam sketsa garis-garis yang belum jelas bentuk dan wujudnya. Ia masih berada di dalam kesadaran sang pelukis. Barangkali seorang pelukis terlihat tersenyum sendiri dengan konspesi doa/dreaming dalam niatnya membuat sebuah lukisan yang akan ia gambarkan di kanvasnya nanti.

Seperti seorang arsitek yang mempunyai gambaran utuh tentang sebuah bangunan yang menakjubkan. Namun belum ia buat dalam garis-garis di atas kertas kerja dan juga hanya baru sekedar sebuah kesadaran bentuk imajiner. Sebuah gambaran utuh bagaimana bagunan mampu menyelesaikan beberapa permasalahan pelik selama ini. Memiliki peran membantu pemerintah untuk menyelesaikan berbagai kendala pelayanan publik.

Seperti seorang pengusaha yang melihat peluang-peluang besar dengan melakukan sebuah usaha yang dapat mendatangkan lapangan pekerjaan, memberikan nilai lebih bagi masyarakat, menciptakan produk dan jasa baru yang memudahkan banyak orang.

Seperti Napoleon Bobaparte yang melihat eropa dan juga peta afrika ketika kecil dan ia berkata aku akan menaklukkan daratan ini dengan tanganku. Sebuah kesadaran menata do'a/dreaming yang ia cam di waktu kecil dan akhirnya sebuah sejarah berpihak kepada Napoleon Bonaparte.

Seperti Rasulullah dengan visi rabbul alamin dan rahmatal ‘alamin memulai sebuah desain masyarakat yang hidup berdampingan saling menguatkan. Kehidupan sebuah masyarakat yang menjadi masyarakat terbaik sepanjang zaman. Ia memimpikan dan melakukan dreaming di gua hira mencari sebuah formulasi tentang apa yang di cita-citakan.

Pada saat menata do'a/dreaming inilah  menghadapi dirinya sendiri. Tidak ada orang lain, berhadapan dengan diri sendiri adalah awal sebuah penaklukan pertama. Ketika kesadaran ini kemampuan menata do'a/dreaming telah mampu berdamai dengan diri sendiri, bekerjasama dengan diri sendiri. Maka memulai melakukan sebuah langkah sederhana untuk mewujudkan do'a/dreaming yang telah menyatu dalam diri. Inilah proses internalisasi menata niat. Proses menata do'a memerlukan kemampuan untuk mengenali diri sendiri dan realitas sekeliling melalui tanggungjawab peran dalam kehidupan.

Apakah yang membuat seorang menjadi sang pemenang pembelajar itu mampu menata do'a berbenruk dreaming? Dikala yang lain masih terpaku dengan jebakan rutinitas, jebakan kebiasaan tidak produktif-prestatif, jebakan kultur yang tidak mendukung.

Ketika sebuah tradisi keluarga yang tidak melahirkan pribadi yang mampu menjadi pemenang pembelajar. Ketika lingkarang tetangga yang hanya tidak memiliki impian sama sekali dan hidup pasrah cumin untuk hari ini. Mengapa terlahir mempunyai sebuah gagasan besar, gagasan berlian dan mampu melampaui pemikiran, kebiasaan, talenta seumur dan sebaya yang masih berfikir, bermimpi dan berhasrat hanya untuk hari ini dan kehidupan saya sendiri?

Pada diri sang pemenang pembelajar menciptakan dreaming yang barangkali pada tahap awal hanya secara pribadi sendiri yang mengetahui. Kemudian perlahan ia melukiskan dalam bentuk sebuah mimpi yang jelas dan dapat di visualisasikan dengan kalimat, gambar dan juga sebuah pencapaian di akhir.

Bersambung bagian 2 dengan tema " Daya Ungkit Menata Do'a/Dreaming"

Serial tulisan Sang Pemenang Pembelajar It's You terbit setiap Senin, Insya Allah, Mohon Do'a

Tulisan sebelumnya :

Sang Pemenang Pembelajar it's YOU: Opening

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline