[caption id="attachment_159952" align="aligncenter" width="1120" caption="Pemandangan indah dari atas tempat prasasti tungku tigo sajarangan"][/caption] Setiap sejarah memilik akar makna dalam kehidupan. Sejarah memiliki simbol-simbol yang menjadi penanda untuk setiap orang yang ingin mempelajari dan mengampil pembelajaran. Sejarah adalah apa yang berlalu bagi setiap orang, organisasi, suku, negara dan juga peradaban. Perjalanan kali ini menelusuri sejarah panjang peradaban suku minangkabau dengan dasar utama tungku tigo sajarangan. Sebuah ungkapan filosofis dan memiliki makna mendalam bagi pembentukan peradaban minangkabau sebagai salah satu suku bangsa di Nusantara. Letak simbol tungku tigo sajarangan berada di Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar yang beribukotakan Batu Sangkar, Sumatera Barat. Letak nagari ini berada di Lereng Gunung Merapi yang memiliki alam nan asri dan indah. Perjalanan ke tempat simbol sejarah tungku tigo sajarangan sebuah hadiah akhir tahun dari seorang adik bernama Muhammad Hasby Jamil seorang mahasiswa STAI Mahmud Yunus di Batu Sangkar dan juga adik bernama Syahril Jamil. Jadilah perjalanan ini perjalanan tiga saudara yang identik dengan tungku tigo sajarangan. Tungku tigo sejarangan memiliki pilar utama yang terdiri dari:
- Alim ulama. Adalah orang yang memiliki kemampuan, keahlian dalam bidang keagamaan. Kata alim berasal dari kemampuan intelektual yang mumpuni. Kta ulama berasal dari kata akar yang sama yakni mereka yang memiliki kualitas kearifan ilmu dan juga karakter hidup berdasarkan alquran dan sunnah. Ulama adalah pewaris para nabi itulah sabda Rasulullah Saw. Alim Ulama adalah pelambang penjaga utama bidang akidah islamiyyah di ranahminang kabau dari dahulu sampai sekarang.
- Cadiak Pandai. Adalah orang yang memiliki kemampuan berfikir stategis dan taktis. Memiliki berbagai keahlian dalam bidang stategis dengan kemampuan kecerdikan sekaligus juga kepandaian. Inilah mereka yang memiliki kemampuan bidang keilmuan dan menggunakan dalam kegiatan stategis dalam bermasyarakat.
- Niniak Mamak. Merupakan pemangku adat yang mengert tentang seluk beluk adat minangkabau. Dari tataran filosofis sampai aturan teknis adat. Peran niniak mamak adalah menjadi bagian sinergi bagi dua peran alim ulama dan cadiak pandai.
Tungku tigo sajarangan adalah sebuah sinergitas yang berhimpun menyatu dalam tradisi ranahminang. Beberapa contoh mereka yang dinisbahkan sebagai tungku tigo sajarangan;
- Agus Salim, adalah seorang Cadiak Pandai sekaligus Alim ulama.
- Buya Hamka, adalah seorang Alim Ulama sekaligus Cadiak Pandai
- Tan Malaka, adalah seorang Niniak mamak sekaligus cadiak pandai.
- Bung Hatta, adalah seorang Cadiak Pandai sekaligus niniak mamak.
- Sutan Syahril, adalah seorang Cadiak Pandai.
Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya sebagai sebuah representasi tungku tigo sajarangan dalam sejarah minangkabau dahulu, sekarang dan masa depan.
***
Perjalanan menapak sejarah ini berawal dari keinginan sederhana dari untuk menikmati air panas di daerah Batu sangkar. Kegiatan di Padang dalam seminar motivasi nasional di Bung Hatta, kemudian dilanjutkan dengan diklat menulis yang melahirkan Komunitas Cinta Menulis UBH menyedot banyak energi. Kelelahan adalah resiko terbaik dalam beraktivitas. Pilihan terbaik adalah memberikan penyegaran bagi tubuh atas aktivitas yang telah belalu. Perjalanan ini bermula dari keinginan silaturrahmi ke tempat saudara Muhammad Hasby Jami yang berada di Batusangkar. Perjalanan ini bersama Syahril Jamil dengan menggunakan mobil pinjaman seorang Paman adik sepupu ayah tercinta. Berangkat dari Nagari Sarilamak, jam 10. 15 malam. Menelusuri malam yang tidak berbintang menuju Batusangkar dengan tujuan untuk menyelesaikan tataran akasi investasi bagi hasil untuk mempersiapkan asset bersama keluarga dengan program peternakan kambing. Pola yang bagi hasil pengelolaan adalah pilihan bijak dan memiliki akar keagamaan yang kuat. Perjalanan ini menghabiskan waktu perjalanan selama lebih kurang 1 jam perjalanan. Ruas jalan yang memiliki kontur yang berliku, memiliki tikungan tajam dan jalan yang sempit membutuhkan keahlian khusus untuk membawa mobil untuk sampai ke tujuan. Namun semua hambatan dan kendala dari bentuk alur jalan adalah suatu pembelajaran mengemudi atau menambah jam terbang. Kemudian perjalanan malamnya jam 00.30 wib di lanjutkan ke Nagari Canduang Koto Laweh, menemui nenek tercinta, adik ayah dan juga saudara Afdhal Jamil yang sedang studi di STAI Bukittinggi. Hal ini di tempuh untuk memenuhi amanah dari saudara di Jakarta. Tiada kata untuk tidur, cerita demi cerita mengalir dari jam 01.30 sampai 04.00 WIb pagi dengan paman yang malam itu mendapatkan tugas untuk menemani nenek yang tinggal sendiri semenjak kakek meninggal pada akhir September 2011. Dalam keluarga memiliki kewajiban untuk bergantian menjaga nenek di rumah kami di depan Madrasah Tarbiyah Canduang. Perjalanan selanjutnya menuju Batu Sangkar dilakukan setelah shalat subuh. Sebuah resiko memang membawa mobil dalam keadaan kurang istirahat. Namun hal ini ditempuh untuk dapat mengantarkan saudara menyelesaikan tugas kuliah yang masih terbengkalai sekaligus untuk bisa menikmati air panas di Batu sangkar, tepatnya di Nagari Tuo Pariangan. Sampailah di tempat pemandian Nagari Tuo Pariangan jam 06.30 Wib. Suasana alam yang indah dan sejuk menyapa kami bertiga. Alam yang terus memberikan yang terbaik. Alam takambang manjadi guru. Banyak pembelajaran dari alam termasuk wisata sejarah tungku tigo sajarangan. [caption id="attachment_159953" align="alignright" width="300" caption="Berpose setelah menikmati air panas dan air dingin di nagari tuo pariangan"][/caption] Tempat air panas di nagari tuo pariagan terletak di sebuah lembah. Di sisi kiri dan kanan adalah perbukitan dari tekstur gunung merapi yang kokoh sebagai simbol kekuatan masyarakat minangkabau. Letaknya berada di tepian sebuah sungai yang mengalir air jernih dari pengunungan. Diantara keunikan dan kekhasan air panas nagari tuo pariangan adalah sebuah Masjid yang menjadi pertanda bahwa kekuatan tungku tigo sajarangan teletak dalam bangunan penuh berkah, ilmu pengetahuan yakni masjid. Dalam literatur ranahminang di sebut dengan surau. Pagi itu masyarakat sekitar Nagari Tuo Pariangan menggunakan pemandian air panas sebagai pemandian umum bagi masyarakat. Mulai dari anak nagari yang masih berada di bangku sekolah sampai kepada bapak, atau angku yang telah tua menikmati sensasi nikmatnya mandi dengan air panas dan juga air dingin yang tersedia. Pemandian ini memiliki keunikan dimana air panas tidak terkumpul dalam satu kolam. Pemandian ini memiliki pancuran atau shower. Dimana setiap kita akan mandi dengan membasahi badan dengan menundukkan badan dan membasahi tubuh. Sebuah sensasi berbeda dengan pemandian air panas lainnya. Di tempat pemandian terdapat tempat untuk bagi kaum laki-laki dan juga tempat khusus bagi perempuan. Model pancuran adalah model yang menarik untuk menikmatinya. Sensasi air panas dan juga sensasi air dingin dari pengunungan adalah kombinasi menari bagi siapapun yang berkunjung ke Nagari Tuo Pariangan Batu Sangkar. Setelah menikmati air panas pengunungan dan juga air dingin pengununagan. Maka mulailah virus dari warga kompasiana untuk meneliti tentang tempat dan semua hal sebagai bahan tulisan. Maka mulailah mengambil beberapa gambar sebagai tanda pernah berkunjung. Sejarah tungku tigo sajarangan di dapat dari seorang Bapak yang dengan senang hati menjelaskan tentang prasasti tungku tigo sajarangan. Berikut foto-foto di Nagari Tuo Pariangan, Batu Sangkar sebagai oleh-oleh berkesan kami menapaki sejarah peradaban minangkabau yang melahirkan banyak tokoh Alim Ulama, Cadiak Pandai dan Niniak Mamak. Selamat Menikmati. [caption id="attachment_159949" align="alignleft" width="300" caption="masjid Islah di Nagari tuo pariangan sebagai bentuk kekuatan tungku tigo sajarangan"][/caption] Catatan Foto: Inilah masjid yang menjadi sebuah pertanda bahwa tungku tigo sajarangan memiliki akar kuat dalam masyarakat Minangkabau yang populer disebut dengan Surau. Inilah salah satu batu tungku tigo sajarangan sebagai simbol sinergi di minang kabau dari 3 unsur berbeda. [caption id="attachment_159954" align="alignright" width="300" caption="Berfoto ria di situs tungku tigo sajarangan bersama Syahril Jami"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H