Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Masjid sosial responbility

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggung jawab social adalah topic yang menjadi perbincangan para ahli ekonomi, manajemen dan etika. Lahir dari fenomena perusahaan yang tumbuh menjadi institusi pengumpul laba. Dimana perusahaan hanya terpaku untuk menciptakan laba dan hampir meninggalkan aspek lain dalam usaha yakni ruang sosial dimana produk dan jasa perusahaan digunakan oleh masyarakat.  Mengupas bagaimana dan mengapa perusahaan mesti mempunyai tanggungjawab social menarik. Pembahasan ini dimulai pada tahun 1970 oleh beberapa ahli. Sedangkan untuk Indonesia tanggunjawab sosial perusahaan telah menjadi sebuah penilaian. Hal ini di bawah koordinasi mentri lingkungan hidup yang memberikan penilaian terhadap perusahaan yang menjalankan CSR.

Perusahaan sebagai sebuah usaha yang hidup dari transaksi ekonomi dengan pelanggan dan berinteraksi dengan lingkungan. Memberikan nilai lebih (value added) terhadap suatu benda atau jasa . Perusahaan tumbuh dan berkembang di suatu kawasan yang bernama masyarakat. Perusahaan memanfaatkan berbagai fasilitas alam untuk menjadian nilai lebih dari segi ekonomi untuk kebutuhan masyarakat lebih luas.

Batemen dalam buku Manajemen 1 edisi 7 mendefenisikan “Tanggung jawab social perusahaan (corporate social responbility) adalah kewajiban kepada masyarakat yang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan bertanggung jawab secara social memaksimalkan dampak positif pada masyarakat dan menimalkan dampak negatifnya”.

Sedangkan Prof. Dr Kees Bertens, MSC, dalam buku Pengantar etika bisnis “Tanggung jawab social perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab social, yang di soroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dimana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas.

Hal ini dari sisi perusahaan, Apakah mesjid mempunyai tanggungjawab social?, bagaimanakah mesjid bertanggung jawab secara sosial, mengapa Mesjid mempunyai tanggung jawab social? Beberapa pertanyaan di atas yang akan coba di kupas dalam tulisan ini.

Menarik mengupas tanggungjawab sosial masjid untuk menjadikan sebuah gerakan bersama memaksimalkan peran mesjid melebihi dari fungsi sekedar tempat ibadah ritual semata, seperti shalat berjamaah, jum'atan dan acara seremonial keagamaan semata. Mesti ada sebuah gebrakan terstruktur melihat sebuah fenomena dimana mesjid kehilangan jamaahnya dan itu berasal dari tetangga mesjid atau mushalla itu sendiri.

Mesjid merupakan salah satu institusi agama Islam yang menjadi perekat utama dan pembeda dengan ummat lainnya. Ia adalah bangunan pertama yang di bangun oleh Rasulullah SAW. Rasul tidak membangun rumah pribadi beliau ketika sampai di madinah. Beliau mendirikan mesjid Quba dan kemudian mesjid madinah.

Beliau tinggal disamping mesjid menjadi ahli mesjid. Rasulullah menjadi pengelola masjid dan  mempunyai tanggungjawab menjadi iman, dan memberikan nasehat untuk ummat. Berbalik dengan kondisi sekarang orang yang menjadi pengawai mesjid atau ustad yang bertanggungjawab sebagai imam dan juga membimbing ummat di pandang sebelah mata dalam prespetif tingkatan struktur social kemasyarakatan.

Mesjid pada zaman Rasulullah adalah multifungsi, meliputi seluruh aspek kehidupan. Menacari istana Negara madinah maka datanglah ke mesjid. mencari universitas pendidikan ummat maka datanglah ke mesjid, mencari para pejuang Islam yang maka datanglah ke mesjid. Mencari pasar dan kekuatan ekonomi ummat Islam carilah pasar Anshar yang berada dalam lingkungan mesjid. Mencari pengadilan untuk memutuskan suatu perkara maka datanglah ke mesjid.

Namun seriring rentang peradaban Islam yang pernah gilang gemilang, namun tidak meninggalkan bentuk tulisan yang memadai di miskinnya budaya literasi mengakibatkan sulitnya  untuk menggali bagaimana isntitusi ummat ini menjadi pusat segala aktivitas kehidupan. Lima kali sehari kita di seru untuk berkumpul dan melakukan sebuah kegiatan bersama, bernama solat berjamaah.

Tanggungjawab social mesjid adalah bentuk pertanggungjawaban mesjid menjadi kepada jamaahnya dan tetangganya untuk menjadikan kehidupan social lebih baik secara islami, dan menghilangkan perilaku negative social dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline