Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Bergelimang Lumpur, Bergoyang Tanggo Lintas Selatan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu persatu rintik hujan jatuh di Kota Serang Propinsi Banten. Hujan yang telah lama ditunggu oleh petani untuk memulai kembali menanam padi. Padi yang menjadi penopang ekonomi petani desa maupun pinggiran kota.

Mobil melaju dengan kecepatan tak penuh. Sebab beberapa jalan memiliki kontur tidak mulus, beberapa ruas telah berlubang mengga. Perjalan ini menempuh dari Kota Serang Menuju Bayah. Ketersediaan mobil rute ini hanya dilayani oleh Damri sebagai angkutan perintis. Berangkat terakhir jam 12 siang. Begitu informasi yang penulis dapatkan dari beberapa pedagang di terminal Serang, Banten.

Rintik hujan tetap setia menemani. Berbincang dengan teman sebelah berapa jam untuk sampai ke Malingping bila berangkat jam 4 sore. Jawaban yang sangat membuat rintik hujan seakan lebih kecang. Kemungkinan jam 10.00 sampai jam 11.00 malam.

Ada apa? dan bagaimana bisa? Jawaban ini harus didapat untuk mendapatkan kepastian untuk bisa sampai ke Malingping dan melanjutkan ke Bayah. Sebab rute ini pertama kali di tempuh. Jawaban satu persatu didapat dalam perjalanan.

Beberapa ruas jalan lintas Selatan Serang menuju Pelabuhan Ratu, terutama ruas Kec. Sebekti, Bojong, dan sampai melimping dalam proses betonisasi. Hal ini mengakibatkan mobil harus antri dan menunggu untuk melanjutkan perjalanan. Proses betonisasi menggunakan sistem buka tutup. Proses pembetonan menyelesaikan setengah ruas jalan.

Perut keroncongan, maka rezki pedagang jagung rebus, kacang dan makan lainnya mendapat kelimpahan malam ini. Hujan yang masih menyanyikan menambah gelimang lumpur bagi ruas jalan yang belum di beton. Hal ini terutama lepas Banjar Sari adonan air dengan tanah menjadi gelimang lumpur bagi pengguna mobil, pribadi maupun bus. Hal ini menjadikan perjalanan yang biasanya menempuh 3 jam menjadi dua kali lipat yakni 6 jam.

Gelimang lumpur dari kerusakan jalan yang mengakibatkan menempuh rute ini laksana goyangan tanggo yang diiringi iringan bunyi rintik hujan dan binatang malam. Ditambah denoan alunan dangdut koplo yang diputar oleh supir rute Serang Malingping.

Soal operan penumpang, itu kudu dan musti, sebab akan menjadikan pendapatan berkurang dan bahkan rugi bila tidak mengoper penumpang yang tidak seberapa. Karena Bahan Bakar Minyak telah naik dan kebijakan kenaikan ongkos belum ditetapkan.

Mohon pengertian begitulah pinta supir kepada penumpang. Diiringi keroncongan perut, jalan yang berlubang bergelimang lumpur. Menjadikan perjalanan ini mendebarkan. Apa penyebab ini bisa terjadi? Jawaban itu penulis dapatkan dari sopir angkot jurusan Malingping meuju Bayah. Jawaban itu amat mengejutkan.

Mobil Truk tronton dengan tonase 35 ton yang membawa batu bara dari Penambangan masyarakat berlalu lalang dari Bayah ke Malimping dan dilanjutkan ke Serang untuk dibawa ke cilegon. Kemudian ditambah dengan Mobil pembawa peralatan Pabrik Semen Merah Putih dan juga pembangunan Dermaga dekan Pabri Semen Merah Putih.

Inilah penyebab utama kerusakan jalan. Proses betonisasi telah berjalan 3 bulan dan masih banyak menyisakan cerita pilu. Kiri jalan berhektar lahan sawah dua kali tanam tidak produksi. Karena pupuk mahal yang diakibatkan oleh kerusakan jalan bergelimang lumpur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline