Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yunus

Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Bukan Mahasiswa Kuno, Apalagi Kupu-kupu

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Catatan seorang pedagang 6

Semangat wirausaha adalah semangat kemandirian, semangat untuk menentukan bagaimana mengatur diri, menembus ketakutan dan membuka peluang. Berbeda dengan semangat bekerja dengan orang lain. Dimana seorang pekerja memenuhi ketentuan kontrak kerja. Sedangkan seorang wirausaha memiliki kontrak dengan diri sendiri dan keyakinan bahwa berbisnis adalah ibadah dalam bidang muámalah.

Semangat ini terpancar dari 5 orang mahasiswa STIE Indonesia Banking School yang mengikat diri dalam grub usaha bersama. Memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pihak kampus lewat Koperasi Dosen dan Karyawan STIE IBS. Peluang itu adalah satu konter diantara 14 konter yang disewakan kepada wirausaha lainnya.

Memilih untuk melakoni menjadi wirausaha bagi mahasiswa adalah pilihan berani dan bijak. Menuntut ilmu tentang berbagai alat bagi usaha, diantaranya akuntansi keuangan, akuntansi biaya, manajemen keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, manajemen stategik yang populer dengan magik. Juga didukung oleh beberapa mata kuliah seperti wirausaha, perilaku organisasi, leadership dan mata kuliah lainnya adalah syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan stata 1 di STIE IBS. Maka semua ilmu yang penuh dengan konsepsi teoritik, aplikasi terkini dari berbagai kasus baik di Indonesia maupun mancanegara harus di turun gunungkan dalam kontek usaha bersama di pujasera Koperasi Dosen & Karyawan STIE IBS.

Kewajiban untuk menyelesaikan tanggungjawab mata kuliah, membuat tugas dan berbagai kewajiban lainnya, mesti di manage dengan tuntunan untuk mengelola usaha. Manajemen waktu, berbagi tugas, melakukan perencanaan pembelanjaan, pelayanan pelanggan, service exellence, dan laporan keuangan menjadi satu tindakan emperik. Tindakan yang mengantarkan kepada keputusan riil, usaha berjalan dan menguntungkan atau rugi.

Bila mengalami keuntungan, maka senyum indah merakah, tepuk pujian dari dosen, teman dan juga kolega adalah hadiah terindah. Sedangkan bila bangkrut dan juga kuliah keteteran, maka tidak mungkin terhindar dari sikap skeptis, cemoohan dan berbagai ungkapan negatif lainnya. Inilah tantangan bagi siapapun untuk menjadi wirausaha, baik dari kalangan biasa, maupun insan kampus.

Menyajikan pisang goreng dengan bentuk yang lain. Dimana dibalut dengan berbagai bumbu yang sedap dan enak dilidah, ditambah dengan roti goreng, sif keja dan menu lainnya. Segmentasi yang dibidik adalah dosen, karyawan, mahasiswa. Target ini mengena, dimana setiap mahasiswa setelah berada dalam ruang kuliah membutuhkan asupan nutrisi dan gizi, sambil melepas penat-penat kepala membaca berbagai literatur dan mengupas kasus yang mesti dipresentasikan didepan dosen.

Menjadi wirausaha dikala mahasiswa, memberikan nilai tambah. Hal ini menjadi berbeda dengan tamatan sebaya atau seangkatan yang hanya kuliah, nongkrong, pulang yang trend disebut dengan mahasiswa kuno dan kupu-kupu.

Berbincang dengan beberapa orang dari pengelola, ia memiliki latar belakang keluarga pebisnis. Pilihan untuk berwirausaha didukung sepenuhnya oleh keluarga. Dan yang lainnya berasal dari berbagai latar belakang keluarga. Menjadi pengusaha sekaligus mahasiswa menuntut kepiawaian dalam membagi jam usaha. Tanggungjawab pelayanan, pembelian bahan baku, dan berbagai hal lainnya yang melekat dalam bisnis.

Bila pilihan sama dengan model bisnis Pedagang Kaki Lima, maka manfaat ilmu yang dituntut di bangku kuliah STIE IBS tersia-siakan. Tantangan ini mengharuskan pengelola untuk mempraktekkan standar usaha, mulai dari menyusun Rencana Bisnis, Anggaran biaya, proyeksi pendapatan, peluang dan ancaman. Sampai pada tahap implemenasi, kontrol dan evalusi. Dimulai dari evaluasi kualitas masakan, penyajian, pendapatan dan cadangan makanan untuk esok hari.

Hal ini membutuhkan disiplin, kepemimpinan dan manajerial. Inilah nilai tambah yang tidak dimiliki oleh mahasiswa yang senang menjadi kuno (kuliah nongkrong) dan kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Dan langkah mereka membutuhkan apresiasi, minimal semangat sapa pengusaha muda setiap pagi bila bertemu di puja sera Koperasi Dosen & Karyawan STIE Indonesia Banking School.

Bravo dan selamat memulai dan menjalani binis, 5 sampai 10 tahun kedepan menjadi pebisnis berskala nasional dan internasional. Kalau ngak sekarang kapan lagi? Kesempatan terbuka dan harus diambil. Itulah ungkapan mereka dengan senyum bangga yang berbeda dari senyum mahasiswa lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline