Lihat ke Halaman Asli

Jurnal Hati (ed 2)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

DIAM

Sebuah catatan di tepi kaki langit

Bogor, 17 oktober 2011, 23:24 wib

Diam tak selamanya berarti mati, selayaknya bergerak tak selalu berarti hidup. Diam tak melulu diartikan putus asa, sebagaimana bergerak tak hanya berarti merdeka,

Tak pula diam itu selalu bertafsirkan kestatisan, karena tak selalu pula bergerak mentafsirkan kemajuan. Waktu memutuskan saat yang tepat untuk diam, sebagaimana kesempatan pun melugaskannya.

Siapa yang mendefinisikan diam sewajah dengan pesimistis?

Layaknya pelari yang diam membelakangi penonton, mengikat erat tali sepatunya sebelum berlari, atau sekedar mengecek lusuhnya kaus kaki yang mungkin menggangu larinya nanti bila terjuntai.

Layaknya seekor kadal yang diam menancapkan kaki-kaki lekatnya di batang pohon semai, menyiapkan lidahnya agar dapat terjulur sekuat tenaga ketika dilihatnya seekor  lalat hinggap terlena oleh bau busuk buah.

Apa yang salah dengan diam?

Tidak ada, bila diam berarti menyiapkan kekuatan kaki untuk melangkah labih jauh.

Tidak ada, bila diam berarti berkonsentrasi pada strategi untuk meraih mimpi yang lebih tinggi,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline