Lihat ke Halaman Asli

Senang Bisa Galau, Galau Gak Bisa Senang

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah, aneh ya zaman sekarang. Saat ini kita lihat, banyak sekali kata-kata dan makna aneh yang kita temui, seperti: lebay, alay, dan galau.

Namun saya tertarik dengan kata-kata galau. Setahu saya galau itu adalah orang yang diputusin pacar, atau g bisa ngelupain orang yang dicintai, atau g bisa mendapatkan orang yang kita cintai. Lalu saya membuat kesimpulan bahwa kebanyakan orang galau memang dimulai dari masalah hati yaitu CINTA.

Didalam minang, galau itu kalau g salah rusuh atau g tenang. Memang sih setiap orang galau pasti hatinya sedang bergemelut dan kacau. Tidak jarang setiap orang galau itu ingin selalu menyendiri dan selalu bermenung.

Saya jujur ya, saat awal-awal trendnya galau, saya belum pernah merasakan galau yang sebenar-benarnya galau, mungkin karena saya belum pernah merasakan cinta sesungguhnya kali ya? Saking trend nya galau tersebut pernah terlintas dibenak saya untuk mengikuti trend galau tersebut. Kasarnya ya, kalau misalnya saya melihat ada abang-abang lagi galau tu rasanya ingin nanya gini, “bang, gimana sih caranya galau yang sempurna? soalnya kan lagi ngetrend tu bang, yang kayak abang rasain sekarang”. Tapi saya tidak pernah berani untuk bertanya sama orang-orang galau tersebut. Soalnya bukannya jawaban yang saya dapatkan, malah pukulan yang mendarat di wajah saya entar.

Namun seiring berjalannya waktu akhirnya saya merasakan cinta pada seseorang yang amat dalam, tapi bertepuk sebelah tangan, dan anda pasti tau kelanjutannya kan? Ya, saya akhirnya merasakan galau yang sesungguh nya. Dalam hati kecil sih ada kepuasan tersendiri, akhirnya saya merasakan galau, “yes, aku galau, hahahaha, aku galau”. Dalam hati tertawa kecil.

Waktu demi waktu ku jalani merasakan galau tersebut, namun ku terjatuh kelembah menyakitkan yang membawa ku kedalam penderitaan hati yang tersiksa akan suatu ketidak jelasan apa yang membuatku merasakan kesakitan dan kepedihan tersebut.

Dan aku tersadar, “wah memang betul ya, galau itu derita hati yang sangat menyiksa diri”, pikir ku dalam renungan yang panjang. Dalam perjalanan galau ku tersebut, aku tak pernah lagi merasakan kesenangan yang sebenarnya. Kesenangan yang sebenarnya itu seperti tertutup akan awan pekat yang tak akan beranjak menutupi kesenangan itu.

Berhari-hari kulalui galau tersebut, lalu aku terpikir akan pemikiran ku yang lalu untuk mencoba merasakan galau tersebut. “bodohnya aku yang meminta-minta untuk mencoba rasa galau”, bentakku dalam hati. Walaupun ada rasa kepuasan bagiku sebelum nya pernah merasakan galau yang lagi ngetrend tersebut, tapi sakitnya galau memang g bisa membuat kita senang.

setelah beberapa minggu saya menderita penyakit trend galau, akhirnya mendapat obat yang pas dari galau saya tersebut, yaitu peneduh dan penerang hati yang lain. saya melihat sebuah cahaya terang yang menyilaukan hati dan awan gelap yang menutup hati saya sebelumnya seolah-olah hilang dan jatuh bagaikan hujan yang membasahi dan menyejukkan hati ini. Ketentraman merasuk ke dalam jiwa saya. Dalam sensasi tersebut saya baru merasa sosok tersebut adalah sebuah rasa cinta yang baru dan membuat ketenangan jiwa tersendiri.

Tapi cinta tidak bisa kita paksakan namun harus kita usahakan. Tidak bisa kita pungkiri bahwa cinta menimbulkan serangan-serangan galau terhadap banyak orang dan tidak akan ada habisnya.

Satu yang bisa saya dapatkan untuk menghindari galau adalah jangan pernah terlena pada satu pintu yang terbuka, saat pintu itu tertutup untuk kita, kita terlalu lama memandang pintu tertutup itu, dan tidak menyadari masih banyak pintu lain yang terbuka didekat kita.

KEEP MOVE ON…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline