Lihat ke Halaman Asli

2 Balita Apert Syndrome di Cilacap, Butuh Bantuan Segera

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kintan Aulia (2th) , dan Anugerah Tirta Fijratullah (1th) merupakan 2 Balita asal Cilacap yang menderita APERT SYNDROME. Apa itu Apert Syndrome, memang kedengarannya sangat asing bagi kita. Secara fisik Apert Syndrome dapat dilihat dari menyatunya jari-jari tangan dan kaki (dempet/melekat) sehingga tak mempunyai ruas. Selain itu hal yang paling spesifik lagi adalah cekungnya langit-langit pada mulut.

Organ-organ pada tubuh penderita Apert Syndrome berkembang secara normal, kecuali tulang. Aktifitas bisa dikatakan normal, begitupun dengan perkembangan otaknya. Namun hal yang paling memprihatinkan adalah tidak berkembangnya tulang secara normal. Terutama pada bagian kepala. Sehingga bisa dipastikan pada saat otak terus berkembang, sementara tulang tempurungnya tidak berkembang secara normal, maka akan terjadi penekanan dan berakibat fatal. Hal ini yang menjadi pemikiran kedua keluarga penderita Apert Syndrome di Cilacap.

Arif Purwanto, ayah dari Kintan Aulia menceritakan kronologis putranya di vonis menderita Apert Syndrome oleh tim medis dari RS Dr. Soetomo Surabaya. Dan harus segera di operasi. Sementara operasi harus berjalan selama 8 tahap dalam 4 tahun.

“Respon tim medis RS Dr. Soetomo sangat baik. Dan mereka menginginkan Danu dan Kintan segera mendapat penanganan khusus, karna ini merupakan hal yang serius dan memerlukan penanganan yang maksimal.” Ungkapnya.

Sementara itu, Pak Wukir ayah dari Anugerah Tirta yang juga menderita Apert Syndrome menceritakan anaknya saat ini tengah menjalani pra operasi tulang tengkorak di RS Dr. Soetomo Surabaya. Berbagai usaha telah dilakukan oleh keluarga ini untuk mendapatkan keringanan biaya. Termasuk mencapatkan Jaminan Kesehatan/JPS/ sejenisnya. Namun hingga kini belum membuahkan hasil.

“Untuk sekali operasi memerlukan biaya sekitar 60 hingga 70 juta. Itupun baru operasinya, belum biaya perawatan dan biaya lain-lain.” Ungkap pak Wukir yang sampai saat ini masih kebingungan mencari uluran tangan dari saudara-saudara terdekatnya.

Berikut link video aktifitas Danu dan Kintan :
http://www.youtube.com/watch?v=8oTFEBYQLCw


Oleh sebab itu, melalui berbagai media, kami mengajak seluruh rekan-rekan untuk bersedia membantu dalam bentuk apapun, baik itu melakukan kegiatan penggalangan dana, ataupun membantu langsung.

Bagi saudara-saudara yang ingin membantu meringankan biaya, bisa melalui rekening sosial

BANK SYARIAH MANDIRI 7047946657 atas nama Slamet Riyadi.

Mari kita bantu sesama.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline