Lega rasanya, ketika akhirnya kami mendapatkan tempat yang fix untuk Pementasan Teater Monolog DEMOKRASI. Setelah sebelumnya sempat putar sana-putar sini karena sebagian besar gedung-gedung di Cilacap telah di booking untuk acara Pernikahan. Nah, ini salah satu problematika yang nyata terjadi. Bahwa seniman di Cilacap tidak memiliki akses ruang publik. Karena memang tidak punya Gedung yang “representative” untuk sebuah pertunjukan. Sudah lama seniman Cilacap meminta kepada Pemerintah bahkan mengusulkan untuk membangun Gedung Kesenian. Namun hingga saat ini, Pemerintah belum memberikan respon. Yang terjadi adalah, bermunculan industri-industri megah, bangunan pabrik-pabrik, yang sebenarnya jika di tilik lebih dalam, pertumbuhannya “MEMATIKAN RAKYAT SENDIRI”. Entah mengapa Pemerintah Daerah Cilacap justru bangga merubah wajah Cilacap yang Hijau Gemah Ripah Loh Jinawi menjadi penuh debu, kotor dan bau. Hampir di tiap daerah di Cilacap ruas jalan dipenuhi dengan lubang. Karena tiap harinya jalanan ini dipaksa dilewati kendaraan dengan muatan tonase yang melebihi batas. Kendaraan tersebut ya kendaraan pabrik-pabrik. Bahkan setiap anda memasuki kota Cilacap, anda akan disambut dengan debu. Itu tandanya Cilacap tak lagi ramah dengan kondisi yang panas, bau dan penuh debu. Selain itu, hampir tiap bulan bermunculan minimarket-minimarket baru. Namanya bisa beragam, dan belakangnya pasti ditambah dengan sebutan “MART”. Entah mengapa pula Pemerintah Daerah Cilacap seolah menutup mata terhadap perkembangan daerahnya. Perkembangan Daerah dilihat dari bermunculan industry besar dan pasar modern, padahal justru ini yang mematikan rakyat. Pada akhirnya tak lagi ada usaha mikro. Pasar-pasar tradisional tempat rakyat berkomunikasi secara sehat, tawar menawar serta hubungan interaksi antar penjual dan pembeli tiba-tiba hilang. Seteah itu banyak para pelaku industry mikro yang tak bisa bersaing dengan minimarket-minimarket itu, lalu memilih mengakhiri usahanya dengan menjual sawah dan pergi ke Luar Negeri menjadi TKI. Ini yang disebut dengan kemajuan?? Ini yang disebut dengan membangun desa?
Menengok dari kunjungan saya kerumah Walikota Solo “Joko Widodo” beberapa waktu lalu. Dan mendengar cerita beliau tentang bagaimana menata kota Solo, tentang bagaimana ia membatasi berdirinya Mall dan minimarket. Hal itu dilakukan agar rakyatnya tidak mati, dan pertumbuhan masyarakat bisa lebih maju. Mengapa hal positif yang dilakukan pemimpin di Solo ini tidak dijadikan contoh ? Coba kita kembali menengok Cilacap. Lihat dengan Mata Hati yang paling dalam. Cobalah jujur pada diri sendiri.. Apakah rakyatnya terjamin? Apakah masyarakat yang memiliki usaha mikro ini benar-benar memiliki taraf hidup yang layak? Berapa jumlah TKI/ TKW yang diberangkatkan ke Luar Negeri? Tak adakah hal yang lebih layak lagi untuk mereka tetap berada di tanah kelahiran tanpa harus mengabdi pada negeri lain???
Saudara-saudaraku masyarakat Cilacap, sebentar lagi kita akan menghadapi hajat besar. Dimana para kandidat sudah banyak menempel poster-poster mereka agar dikenal oleh masyarakat. Tapi hal yang paling terpenting adalah, apakah mereka bisa paham akan hal ini ? Apakah mereka bisa mengerti bahwa kondisi masyarakat di Cilacap sudah pada titik yang paling rendah. Apakah mereka paham, bahwa perilaku bisnis perindustrian mereka akan membunuh rakyatnya sendiri. Dan apakah kita sebagai rakyat akan terus-terusan di bohongi dengan iming-iming dan harapan. Dan parahnya lagi, semua itu adalah mimpi yang tak terbeli..!
Saya mewakili seniman Cilacap, melalui catatan ini memberikan kontrol sosial akan hal yang terjadi di permukaan (“baru di permukaan”), belum lagi beberapa hal lain yang lebih menyakitkan. Keinginan membuat Art Centre / Semacam Gedung Kesenian sebagai pusat informasi Seni dan Budaya bukanlah hal yang muluk-muluk bagi seorang seniman. Jika ini terwujud, bukan tak mungkin masyarakat Cilacap akan lebih maju. Mengapa tidak ?
Beberapa waktu yang telah lalu, ada seorang Pemimpin Cilacap dengan bangganya menyatakan “Jika Purwokerto akan merobohkan Gedung Kesenian, maka Cilacap akan membangun Gedung Kesenian” Namun hal itu hingga kini belum terealisasi.
Ada lagi yang beranggapan, “Di Cilacap kan banyak gedung, para seniman bisa memakai gedung itu untuk kegiatan”. Ya betul sekali saudara, di Cilacap memang banyak gedung yang bisa dipakai untuk berkegiatan seni. Bahkan saking kreatifnya para seniman bisa menyelenggarakan kegiatan dimanapun. Namun hal yang paling dasar bukanlah itu. Gedung Kesenian sebagai Pusat Informasi Seni dan Budaya sekaligus sebagai tempat / payung dari seluruh komunitas kesenian yang ada di Cilacap. Namanya payung sudah pasti fungsinya menjadi peneduh. Selain itu, akan banyak bermunculan ide-ide segar untuk menata daerah ini dengan sentuhan seni, selain itu tiap harinya akan banyak pegiat seni yang melakukan kegiatan kesenian untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat. Jika ini terbentuk dan berjalan dengan baik, bukan tak mungkin pariwisata di CiIlacap bisa dikunjungi oleh ribuan bahkan jutaan wisatawan. Apakah ini tidak disebut sebagai DEVISA ?? Kesalahan terbesar Pemerintah CIlacap adalah “Membangun Cilacap tanpa melibatkan Seniman”
Nah saudara-saudaraku semua. Kembali ke tulisan saya yang paling atas. Saya…mhhh lebih tepatnya ‘kami’ mengajak saudara semuanya untuk bersama-sama, berpartisipasi mensukseskan Pementasan Teater Monolog dengan judul DEMOKRASI, naskah Putu Wijaya, yang disutradarai oleh Daryono Yunani dimainkan oleh Nasrudin Mudaff. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2012. Di Gedung Dwijaloka Cilacap, pukul 19.00 WIB. Tiketnya cukup murah Rp. 10.000,- (untuk Umum) dan Rp. 5000,- (untuk Pelajar) Dengan membeli tiket pementasan anda sudah turut membantu mensuksesan rencana pembangunan Gedung Kesenian di Cilacap. Tiket bisa didapatkan di Yes Radio Cilacap, Pengurus Oi Cilacap, Teater Tepak IAIIG Cilacap, Teater DIDIK STAIN Purwokerto, dan beberapa SMA/SMK di Cilacap.
Pastikan anda semua turut mensukseskan Pementasan Teater Monolog DEMOKRASI ! Kami tunggu suportnya.. Salam !
link video terkait
Merekam Proses Latihan Demokrasi > http://vimeo.com/39521671
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H