"Mbak Ma, tolong ajarin saya nulis, dunk! Biar bisa nulis secantik Ma Sang Ji. Help me, please..." Demikian rayuan seorang penulis Kompasiana kepada saya. Bujukan cerdas yang senada dengan itu saya peroleh dari banyak kompasianer akhir-akhir ini. (Perhatian! "Banyak" = "lebih dari satu".)
Mengapa mereka berbondong-bondong merayu saya? Apakah mereka tergiur untuk bisa menulis artikel yang dibaca oleh ribuan orang? Apakah mereka ingin membuat artikel yang menyerupai tulisan saya tentang Kafir, Agama, Kemaluan, Jodoh, Perawan, dan Pendidikan?
Eh, maaf. Motivasi mereka itu bukan urusan kita. Terserah mereka ingin apa. Urusan kita hanyalah: pantaskah saya menggurui para penulis itu?
Saya merasa tidak pantas. Seperti mereka, saya ini masih berguru. Masak, sesama murid saling menggurui?
Di Kompasiana ini, saya beruntung telah mendapat 35 orang penulis yang berkenan mengajari saya dengan penuh kesabaran, tentang bagaimana menulis sebaik-baiknya. Mereka ini jelas lebih cerdas daripada saya dalam hal menulis. Dari merekalah saya banyak belajar sampai saat ini dan untuk selama-lamanya.
Karena itu, kepada siapa pun yang berniat belajar menulis ala Ma Sang Ji, saya persilakan untuk belajar kepada guru-guru saya tersebut. Inilah daftarnya, yang saya urutkan menurut abjad:
1 - Aridha Prassetya
2 - Arimbi Bimoseno
3 - Astokodatu
4 - Delicia
5 - Dewi Iriani
6 - Dwiki Setiyawan
7 - Ella Zulaeha
8 - Ermana
9 - Erri Subakti
10 - Ewin Suherman
11 - Fitri.y Yeye
12 - Gusti Bob
13 - Hawa
14 - Jack Soetopo
15 - Janu Saja
16 - Johan Wahyudi
17 - Katedra Rajawen Jr
18 - Kimi Raikko
19 - Linda
20 - M. Arief B. Ariefmas
21 - Michael Sendow
22 - Nara
23 - Neny Silvana
24 - Noorhani Laksmi
25 - Odi Shalahuddin
26 - R-82
27 - Rida Fitria
28 - Soyo Kaze
29 - Sri Endang Susetiawati
30 - Sutan Pangeran
31 - Syech Lemahbang
32 - Thomas Prasasti
33 - Tuty Yosenda
34 - Tytiek Widyantari
35 - Valentino
