Sekedar sharing bacaan yang mudah-mudahan berkenan
Dapatkah anda memayangkan seorang pengusaha jenius sekaliber Schultz (ia baru dijuluki pengusaha jenius setelah sukses, tetapi saat pertama kali menawarkan ide bisnis menjual segelas kopi seharga puluhan ribu rupiah, ia diteriakin GILA dan ditolak ratusan orang).
Ia mampu mengubah produk komoditas murah (kopi) menjadi produk eksklusif (customer-experience) berharga luar biasa mahal.
Ia pandai pula mendapatkan dana segar nan murah melalui GO PUBLIC.
Ia pandai pula memanfaatkan media sebagai “public relation” untuk mempromosikan Starbucks.
Ia pandai pula membangun partnership dgn perusahaan global seperti Pepsi, dst.
Hasilnya LUAR BIASA.
Dengan kekuatan “KONSEP DUPLIKASI“, kedai kopi pertama yang dibangun Schultz tahun 1985, menjelma menjadi lebih dari 10,000 toko di tahun 2006, tersebar di seluruh dunia termasuk juga yang ada di Indonesia dan di Bursa Efek Jakarta, tempat saya bercengkrama dengan si dia.
Bukti dari konsep duplikasi yang terus berlipat GANDA setiap tahun sampai sekarang…. .
Schultz lalu memutuskan untuk PENSIUN.
Di tahun 2000, ia menggaji seorang “mandor” utk mengurus jaringan Starbucks nya di seluruh dunia.
Tentu saja sang mandor disebut dengan istilah keren “CEO” bernama Orin C. Smith.
Begitu pula yang namanya bisnis membangun jaringan pemasaran dan sudah mencapai peringkat aman, maka dengan sendirinya leader-leadernya dapat bonus yang dijanjikan oleh perusahaan yang bekerja sama dengannya dalam mencapai target pemasaran yaitu 1% dari omzet total dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H