Kau berhasil merawat luka, cerita lama yang menyimpan barotrauma bagimu, kini berangsur pulih. Namun seseorang yang telah kau pilih untuk berada bersamamu dimasa depan, tak kunjung memberikan lampu hijau, tentang akan dikemanakan kapal besar ini (cinta).
Harapanmu pupus di persimpangan, antara ruang masalalu dan petak kosong tempat pondasi yang kau bangun bersamanya, dirinya tak memilihmu disebabkan seseorang dari masalalu datang menghampiri kembali, upayamu meyakinkannya untuk melupakan luka lama, semuanya sia-sia, dirinya lebih memilih kembali pada apa yang dulu disebutnya masalalu.
Kata-kata rindu dan sebait puisi di penghujung malam kini tak ada lagi, diusap perlahan menghilang tengelam dalam genangan air matamu sendiri.
Waktu masih cukup panjang, namun kelapangan hati terasa begitu sempitnya, kau tak percaya dengan kenyataan yang ada, segala yang indah-indah kau lewati bersamanya, baik di dunia nyata pun dalam mimpi, terbangun membuatmu tersentak yang kau rawat itu hanya sebatas bunga-bunga tidurmu.
Awan berarak dijanuari, panas menerjang rabu pagi, basah kuyup berganti terik dehidrasi, itu isyarat kau telah sampai pengujung februari, sedangkan maret membuat segala doamu diijabah, kau berharap Tuhan menjadikan dirinya yang terbaik namun keadaan berbalik arah,tangan Tuhan membuka matamu tentang siapa dirinya yang termaktub dalam doamu...
Lepaskan dirinya, biarkan dia bahagia dengan yang lain. Tuhan punya rencana lain untuk mu, bersabarlah. Tak lama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H