Lihat ke Halaman Asli

Risandi Daeng Sitaba

Orang yang hidup hanya memiliki uang, adalah orang paling miskin di dunia

(Bukan Sudut Pandang) Esensi Secangkir Kopi

Diperbarui: 17 Februari 2022   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu senja, antara menerima gelap atau melupakan pahit-dokpri

Setiap orang memiliki definisi tersendiri tentang kopi, bagi setiap penikmat kopi, tentu tahu dan faham betul ada apa dengan kopi. Kopi sering didefinisikan dengan terjemahan kehidupan, pahit namun tetap mengalir, manis namun hanya sedikit, gelap hitam pekat, entah apalah itu, kita punya definisi tersendiri, sulit dimengerti oleh yang bukan penikmatnya.

Kopi atau ngopi seperti subjek dan objek, di kedai kopi menyeduhkan beragam jenis kopi itulah objek sedangkan ngopi, itu tradisi yang membudaya didalamnya bukan hanya soal kopi saja melainkan ada juga diskusi, solusi dan lain sebagainya, di kedai kopi meskipun begitu, kita kadang tak memesan kopi, bisa saja teh atau coklat dari gelas-gelas itulah duduk diskusi dan temu inspirasi, ngopi itu subjeknya.

Ruang boleh redup, hidupmu jangan, sisipkan sedikit waktu mari menyeruput-dokpri

Di pelosok negeri menyambut tetamu dengan seduhan kopi menjadi hal penting, nongkrong dengan kawan lama, kopi sering hadir, di atas kapal para ABK memandangi laut lepas dengan kopi disisinya, para petani di kebunnya tak luput dengan seruput kopi hangat, "kata kakek itu semangat nak", lalu? Siapa sebenarnya penikmat kopi sesungguhnya, kamu?, pejabat korup pun suka ngopi!!! "mari bingung dan tetap ngopi bersama".

Kita semua pecinta ngopi!, namun belum tentu penikmat kopi, dari kopi dan ngopi tersusun rancangan kebijakan menyusahkan hingga menyenangkan, darinya pula timbul kantong-kantong belajar, pencipta perlawanan pendiri gagasan menentang penindasan, bahkan darinya pula ada orang-orang anti sosial yang sibuk dengan dirinya sendiri.

Kita semua penikmat ngopi dari esensi khas kopi, bagi penikmatnya dimana dan kapanpun kopi selalu dihati, ada juga yang hanya ketika butuh inspirasi lalu mencari kopi, dengan tawaran suasana kedai kopi yang otentik nyaman serta free wifi, saya menyebutnya "kenikmatan yang terfasilitasi", nikmat diskusi, mata melek sampai pagi, bercumbu dengan si doi nilai tambahannya, tapi kalau pasanganmu penikmat kopi juga sih!!!

Banyak yang terabadikan dari segelas kopi, dari dirinya yang kini telah berpaling dan mencari yang lain, nyaman kadang tak harus soal kebahagiaan tapi juga kecukupan dan ketenangan, kopi pun terkadang menyibak duka tentang dia yang baru saja pergi dan menikahi yang lain atau dirimu yang meninggalkan, hingga air mata tak mampu mewakili apapun, kopi serta merta penuh definisi, yang kata ayah "mati hari ini atau esok hari, cukup ngopi mati seperti mimpi", bingung? Iya! Saya juga tidak tau makna sebenarnya, mungkin ayah bermaksud silahkan memaknai sendiri.

Kita berjalan dibalik latar belakang sendiri, tumbuh dengan cara yang berbeda, selera kopi kita sering berbeda, meskipun satu meja, tak selalu soal kopi melulu, namun ngopi hadir setiap waktu, merayap dan melalap dalam lelap yang kadang telat datang.

Siapapun kamu, apapun profesimu, kopimu berbeda denganku, tak masalah asalkan ngopimu bukan poin-poin beradu melulu tentang melupakan rakyat yang menggantung batu diperut menunda diri masuk liang lahat, pastikan ditiap ngopimu tentang kemaslahatan bukan kerusakan yang direncanakan. Jika seperti itu, kau harus siap berhadap-hadapan denganku.....

Bukan Sudut Pandang, tentang kopi atau ngopi
Salam Secangkir Semangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline