Lihat ke Halaman Asli

Membangun Bangsa Berkarakter: Karakter Tuhan atau Karakter Setan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah karakter sering dipertukarkan dengan watak, tabiat, ataupun kepribadian. Menurut Doni Kusuma (2007:80) karakter sebagai ciri khas atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), “karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak. Sementara para psikolog mengartikan karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Menurut Lickona (1989) karakter terbentuk dari hubungan tiga dimensi yang saling terkait, yaitu: pengetahuan, nilai, dan sesuatu tindakan yang benar. Dari semua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa karakter (akhlak) adalah sifat-sifat yang ada dalam diri seseorang yang berasal dari keyakinan seseorang yang diterima dari lingkungannya, yang mengarahkan fikiran, ucapan dan tindakan seseorang (budi pekerti) dalam berinteraksi dengan orang lain. Jadi kuatnya keimanan atau keyakinan seseorang atau suatu bangsalah yang menentukan terbentuknya sifat-sifat dalam diri manusia.

Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup manusia adalah sebuah pemikiran yang mendasar dan mendalam terhadap suatu hal yang kemudian di anut untuk menjadi pedoman hidup mereka. Keyakinan atau kepercayaan seseorang dapat disebut juga ideologi atau pandangan hidup. Menurut Alfian, ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang tepat, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan. Jadi suatu bangsa sangat bergantung pada ideologi, philosofi dasarnya (philoshoper grondslaag), atau pandangan hidup (weltanschaung) yang dianutnya. Secara umum, sumber ideologi/pandangan hidup seseorang atau suatu bangsa sendiri berasal dari 2  sumber utama yaitu berasal dari Tuhan (alam) atau berasal dari akal manusia itu sendiri.

Dalam konteks membangun suatu bangsa, karakter adalah hal yang utama dan mendasar.  Suatu bangsa dapat berdiri tegak/kokoh diatas karakter manusia-manusia yang berbudi pekerti luhur (karakter yang baik). Tidak ada satu bangsa pun yang dilahirkan di muka bumi ini tanpa karakter. Sebab, bangsa tanpa karakter sama saja lahir dengan kecacatan. Suatu bangsa akan runtuh tanpa karakter atau keyakinan (a nation without faith can not stand).

Manusia hanya diberi dua pilihan karakter saja oleh Tuhan yaitu karakter setan atau karakter Tuhan. Keduanya berlawanan secara ekstrim dan saling bertarung satu sama lain. Adakalanya setan menang dalam diri manusia sehingga manusia menjadi manusia setan atau disebut juga setan. Lain waktu, Tuhan berkuasa dalam diri manusia sehingga manusia berkarakter seperti karakter (sifat) Tuhan. Manusia berkarakter Tuhan inilai yang senantiasa dicari dalam setiap jaman oleh manusia.

Manusia berkarakter (bersifat) Setan

Manusia berkarakter setan (setan) adalah manusia yang memiliki karakter (sifat) yang bertentangan dengan sifat-sifat (karakter) Tuhan. Berbagai sumber menyebut bahwa sifat-sifat utama setan adalah seperti mencuri, berzina, membunuh, berdusta, sombong, tipu daya (menghasut/mengajak/menggoda berbuat jahat), dan ingkar janji (berkhianat). Sifat-sifat setan tersebut hari ini telah menjadi sifat-sifat manusia. Manusia berkarakter setan saat ini justru telah menguasai sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Artinya, setan telah meguasai dunia dan isinya. Penguasaan setan terhadap dunia tentu saja telah menempatkan setan sebagai raja manusia. Manusia setanlah yang saat ini menjadi penguasa, membuat aturan sesuai dengan kehendaknya dan menjadikan manusia menjadi abdi atau budaknya.

Manusia berkarakter setan yang saat ini sangat pandai untuk menggoda manusia agar manusia terjerumus mengikuti jalannya. Manusia setanlah yang saat ini sangat lihai memperdaya manusia dengan mulut manis, janji palsu, sumpah palsu, dan penampilan yang menipu. Manusia setanlah saat ini yang menggunakan seluruh atribut surgawi, menutupi aibnya, menutupi kemaluannya dengan daun-daun surgawi untuk mengelabui manusia sehingga manusia mengikuti jalannya. Ciri manusia setan sangat sederhana yaitu jika mereka berjanji pasti mereka akan mendustai, jika mereka berkata pasti perkataannya dusta, dan jika mereka diberi amanat pasti mereka akan menghianatinya. Ciri lain manusia setan adalah bahwa mereka tidak mampu mencari solusi bagi penyelesaian masalah yang telah dibuat oleh para raja setan. Sebab mereka justru sangat takut dengan raja setan. Mereka justru menyalahkan perbuatan manusia yang berlawanan dengan raja setan.

Jika kita perhatikan saat ini maka pasti kita menyaksikan bahwa setan telah menguasai segala segi kehidupan manusia. Dunia dan seisinya telah tunduk dibawah kendali setan-setan yang terus ‘bergentayangan’. Hampir tidak ada tempat atau kekeuasaan yang luput dari kekuasaan setan. Bahkan banyak manusia yang justru mengelu-elukan setan. Manusia justru gembira mengabdi kepada setan. Manusia berkarakter setan justru saat ini menjadi tokoh utama, warga kelas satu dan menjadi panutan bagi manusia lainnya. Manusia setan saat ini telah mengendalikan manusia dan dunia. Banyak manusia justru bersedia menjadi pekerja, ‘alas kaki’ bagi manusia setan. Demi kesenangan dunia (rumah, kendaraan, istri, anak, tanah) manusia selalu sedia bekerjasama bahkan sanggup memuja-muja setan. Tugas utama manusia berkarakter setan saat ini adalah memadamkan cahaya Tuhan. Manusia setan memadamkan cahaya Tuhan melalui tangan-tangan (kekuasaan) mereka. Manusia setan tentu saja membuat aturan dan ketentuan (hukum) sesuai dengan alam pikriannya sendiri sehingga hari ini dunia praktis telah dikuasai oleh setan.

Manusia Berkarakter (bersifat) Tuhan

Sifat Tuhan yang utama adalah sifat kasih dan sayang. Adapun sifat lainnya dari Tuhan adalah sifat bijaksana, jujur, berani, tegas, adil dan berkemampuan. Manusia hendaknya memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan. Manusia hendaknya memiliki sifat kasih, sayang, bijaksana, jujur, berani, adil, tegas maupun berkemampuan. Manusia berkarakter Tuhan tentu saja manusia yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan yang dimiliki oleh Tuhan. Manusia bukan Tuhan! Tapi manusia mewarisi sifat-sifat (karakter) Tuhan. Manusia berkarakter Tuhan tentu saja bukan manusia yang mewarisi sifat-sifat (karakter) setan. Manusia berkaraketr Tuhan tentu manusia yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya penguasa (raja), menjadikan tuhan sebagai satu-satunya pengatur dan menjadikan tuhan sebagai satu-satunya tempat pengabdian. Tidak ada pengabdian lain selain kepada tuhan yang maha esa (tan hana dharma mangrwa). Manusia berkarakter Tuhan adalah manusia paripurna yang selalu bertindak dengan senantiasa mengatasnamakan Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia yang memiliki karakter Tuhan saat ini adalah manusia langka. Iwan fals mengatakan manusia seperti ini adalah ‘manusia setengah dewa’. Manusia berkarakter Tuhan langka karena manusia tidak memiliki kemampuan untuk membuat sistem yang dapat melahirkan manusia jenis ini. Akal pikiran manusia dimuka bumi ini hanya mampu membuat sistem yang melahirkan manusia berkarakter setan semata. Sekuat apapun manusia berfikir untuk membuat sistem pendidikan yang melahirkan manusia berkarakter Tuhan, pasti tidak akan mampu. Sebab akal pikiran manusia dikuasai oleh nafsunya. Jadi manusia hanya diperbudak oleh hawanafsunya sendiri. Jadi semakin manusia berfikir keras sesungguhnya manusia semakin jauh dari sifat-sifat Tuhan. Bahkan manusia menjelma menjadi Tuhan itu sendiri. Itu sebabnya kebenaran yang tertinggi saat ini dimuka bumi adalah kebenaran sesuai dengan akal pikir manusia. Sesuatu tidak dikatakan benar jika tidak dapat diferivikasi secara ilmiah, atau secara logis. Kebenaran Tuhan tentu saja tidak sesuai dengan kebenaran akal pikir manusia. Kebenaran Tuhan bahkan bukan kebenaran.

Fakta kerusakan yang tengah terjadi diseantero jagad ini adalah bukti nyata karya olah pikir manusia. Manusia berfikir hanya untuk menundukkan alam untuk kepentingannya semata. Manusia tidak lagi menjadikan alam sebagai sahabat. Manusia berfikir bahwa keberadaan alam adalah untuk dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia sama sekali tidak memikirkan alam untuk generasi manusia selanjutnya. Manusia hanya mengejar kesenangan sesaat belaka. Manusia lupa diri, lupa akan dirinya sendiri. Manusia asyik dengan kesenangan dunia yang tak bertepi. Manusia bahkan merasa perlu untuk mengeksploitasi planet lain sebab dunia saat ini terasa sempit dan kurang memenuhi kebutuhan. Diberbagai belahan dunia yang ada hanyalah kerusakan semata. Bakan sebahagian peneliti mengungkap bahwa dunia saat ini diambang kepunahan. Berbagai fakta dikemukakan untuk memperingatkan ummat manusia di planet bumi ini. Namun manusia sudah tidak lagi bisa diingatkan.

Saat ini hanya manusia dengan karakter Tuhan yang mampu menjawab solusi yang terjadi dimuka bumi hari ini. Tidak mungkin dunia akan pulih dibawah naungan manusia berkarakter setan. Manusia berkarakter Tuhan yang saat ini kehadirannya senantiasa ditunggu dan dinantikan oleh ummat manusia. Manusia mengimpikan hadirnya manusia yang tidak berdosa, manusia yang tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini.

Bagaimana Membentuk Manusia Berkarakter Tuhan?

Manusia berkarakter tidak akan dapat di bentuk oleh dunia pendidikan saat ini. Apapaun solusinya untuk membangun karakter jika hanya mengandalkan sekolah sebagai alat produksinya pasti tidak akan berhasil. Mengapa? Sebab dunia pendidikan atau sekolah adalah produk olah pikir manusia sendiri. Sekolah adalah media manusia untuk mencetak manusia pembangunan. Manusia yang menjadi instrumen pembangunan yang dia ciptakan sendiri. Sekolah hanya mencetak manusia robot yang hanya mengejat kesenangan harta, tahta, dan seksual. Sekolah hanya mencetak robot-robot satu dimensi yang akan saling berebut kue pembangunan yang sangat terbatas. Manusia terbaik lulusan sekolah manusia hanyalah mereka yang pintar mengekloitasi bumi semata, mengumpulkan harta belaka untuk anak cucunya, mencapai kesenangan pribadi belaka.

Sekolah tidak pernah mampu membentuk manusia berkarakter Tuhan. Sekolah tidak mampu membentuk karakter lulusan yang berjiwa kesatria. Jiwa kesatria adalah jiwa yang penuh kerelaan untuk mengorbankan harta dan dirinya demi membangun bangsa dan negara. Kestaria yang benar-benar berani bertindak dan berani bertanggung jawab. Kesatria yang hanya bertindak untuk kepentingan bangsanya semata. Misi sekolah umumnya hanya mampu melahirkan anak didik yang hanya pintar membangun rumahnya sendiri tetapi tidak pintar membangun bangsa. Lulusan sekolah hanya pintar merusak alam dan segala isinya untuk membangun kepentingan pribadinya. Lulusan sekolah tidak pintar untuk mengorbankan segala yang dia miliki untuk kepentingan bangsa.

Manusia berkarakter tentu saja tidak dicetak disekolah melainkan dicetak di rumahnya sendiri. Rumah mestilah menjadi instrumen utama membangun karakter akhlak manusia. Guru terbaik tentu saja adalah ayah dan bunda bukan guru di sekolah. Jika sekolah adalah ornamen bentukan manusia maka rumah adalah institusi buatan Tuhan. Manusia berkarakter lahir dari orang tua yang tentu saja berkarakter. Rumah adalah surga bagi anak-anak sebagai calon generasi masa depan bangsa. Masyarakat, kelompok masyarakat mestinya mendidik orang tua untuk menjadi orang tua unggulan yang akan melahirkan generasi unggulan. Fokus utama pendidikan karakter sesuungguhnya bukan pada anak-anak didik melainkan pada para orang tua. Pendidikan orangtua yang sebetulnya menjadi perhatian bukan pendidikan di sekolah.

Sekolah saat ini sudah bergeser menjadi alat pencari uang bagi pemiliknya. Sekolah yang mahal akan semakin menguntungkan bagi pemiliknya tetapi belum tentu bermanfaat bagi bangsa dan tanah air. Tidak ada jaminan bagi sekolah mahal untuk melahirkan manusia berkarakter. Sekolah mahal justru hanya menghasilkan manusia super pintar yang tidak memiliki karakter. Kesuksesan sekolah mahal adalah jika alumninya sukses mendapatkan harta, tahta, dan seksual bagaimanapun caranya. Sekolah mahal tidak memikirkan kerusakan bumi ini yang diakibatkan oleh kekuasaan manusia. Sekaolah tidak memikirkan dampak perilaku manusia terhadap generasi mendatang. Bagi sebahagian ideolog sekolah adalah instrumen atau alat penguasa. Para penguasa menciptakan dunia pendidikan untuk melestarikan kepentingan kekuasaan mereka sendiri. Pendidikan adalah alat untuk mencetak pemikrian yang searah dengan kepentingan mereka sendiri.

Penutup

Manusia terbaik sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini tidak mungkin berkarakter setan. Wakil Tuhan adalah orang yang sedikitnya mewarisi sifat-sifat Tuhan. Wakil Tuhan tentu saja bukan Tuhan. Tetapi wakil tuhan akan melaksanakan semua perintah dan larangan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Membangun manusia berkarakter tentu saja adalah berkonotasi membangun manusia yang memiliki sifat-sifat Tuhan. Tentu saja membangun manusia berkarakter tidak mudah. Pembangunannya tidak mungkin melalui institusi sekolah yang merupakan alat kapitalis yang justru anti Tuhan. Tetapi melalui institusi rumah tangga yang merupakan institusi tuhan. Rumah tangga yang baik hanya ada jika suami dan istri adalah wakil tuhan itu sendiri. Mustahil wakil setan akan mendidik anak-anak yang akan menjadi wakil tuhan. Setan tetap akan mendidik anak setan, sebaliknya tuhan akan mendidik ‘anak-Nya’ sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline