Lihat ke Halaman Asli

Flash Fiction: Hutang

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang hari ... Beberapa bulan yang lalu ...

"Dimana anak lanangmu?" tanya si Kumis.

"Entahlah. Dia pergi sejak pagi tadi. Kenapa? Apa anakku telah berbuat salah?"

"Anak lanangmu telah berbuat lancang dan kurang ajar!"

"Apa yang dia perbuat?"

"Anakmu telah menggoda putri Kanjeng. Tak tau diri!"

"Ahh ..." Perempuan tua itu mendesah. Dadanya terasa sesak. "Maaf ... Maaf ... Tolong sampaikan permohonan maafku pada Ndoro Kanjeng. Tak akan terulang ... Aku janji tak akan terulang! Kau mengenalku ... Kita sudah bertahun-tahun saling mengenal. Tolong jangan ganggu anak ku. Demi masa lalu kita ... Demi aku ..."

Perempuan itu mulai tersedu

"Baik ... Baik ... Harap kau nasehati dia. Tinggalkan Den Ayu! Jangan pernah mendekatinya lagi ..." kata si Kumis. "Harap kau juga mengerti ... Posisiku hanya diutus Ndoro Kanjeng ..."

"Baik ... Baik ... Demi masa lalu kita ..."

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline