Potret jalanan Ibu Kota beberapa hari belakangan diramaikan oleh aksi penangkapan pedangdut tersohor, Saipul Jamil. Warga yang melintas, berbondong mengabadikan momen penangkapan bak aksi 'teroris' itu dengan handphone masing-masing, lalu mengunggahnya di media sosial. Sekejap nama Saipul Jamil itu pun viral.
Aksi penangkapan Ipul, panggilan akrab Saipul Jamil atas dugaan penyalahgunaan narkoba, terekam dari berbagai angle. Dari berbagai postingan yang muncul di media sosial, tampak sejumlah pria yang diduga aparat kepolisian menggunakan pakaian preman plus tanpa melepas helm, menggedor-gedor kaca mobil yang didalamnya terdapat Saipul Jamil dan seorang pria lain, yang diduga adalah kawannya.
Dramatis! Aksi penangkapan yang sebagaian netizen nilai tak pantas itu, memperlihatkan betapa Ipul dan seorang pria yang ada di balik kemudi, diperlakukan seperti pelaku kejahatan kelas kakap.
Padahal, setelah Ipul dibawa dan dilakukan tes urine, hasilnya negatif, alias mantan suami Dewi Perssik itu nihil mengonsumsi narkoba.
Mengapa kemudian aparat melakukan penangkapan yang sedemikian rupa terhadap Saipul Jamil? Apakah terdapat indikasi Saipul Jamil akan melarikan diri? Atau kalaupun tidak melarikan diri, Ipul menolak untuk ditangkap. Jika alasan kedua itu mencuat, bisa jadi aparat melakukan upaya refresif.
Sebab berdasarkan video yang tersebar, Ipul memang seakan menolak untuk ditangkap dengan alasan mungkin para pria itu tidak memperlihatkan surat atau bukti lain yang menguatkan bahwa mereka adalah aparat kepolisian.
Potret penangkapan Ipul baru-baru ini jadi mengingatkan lagi ketika Ipul diarak di jalanan selepas ia bebas dalam kasus pedofilia beberapa tahun silam.
Warga masyarakat yang berada di jalanan yang dilintasi Ipul kala itu, dengan leluasa dapat melihat senyum semringah Ipul karena kebebasannya.
Aksi arak-arakan pembebasan Ipul kala itu kemudian memunculkan istilah "Glorifikasi" di media-media.
Pemaknaan itu menyiratkan aksi yang berlebihan dalam menyambut kebebasan seorang pelaku pedofil. Maksudnya, arak-arakan Ipul kala itu dicap berlebihan, begitu.