Guru atau pendidik, seperti pernah ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, ia harus berada di depan, tengah dan belakang sebagaimana slogan 'Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani'.
Slogan tersebut memiliki makna; di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan serta arahan.
Bagaimana para guru menerapkan slogan itu, tentunya berbeda satu sama lain. Kendati terdapat perbedaan dalam menerapkan pola pengajaran, tujuan mulia para guru jelas, adalah membuat para siswa didik menjadi cerdas dan berprestasi.
Sebagaimana peran penting guru yakni dalam mendidik dan mengajar, seorang guru di SDN Sudimara Timur 2, Ciledug, Tangerang Kota, Banten bernama Maulina Sucihati, berbagi pengalamannya selama 20 tahun menjadi seorang guru.
Antara mendidik dan mengajar, seorang guru semestinya tidak memisahkan keduanya. Kedua bagian itu merupakan kesatuan untuk pencapaian materi pembelajaran.
"Jadi guru itu mendidik dan mengajar juga. Karena kalau dia mengajar sudah pasti dia mendidik anak-anak tersebut, jadi bukan sekadar mengajari. Namanya kita mengajari ya kita mendidik anak-anak tersebut sesuai ketercapaian yang harus mereka capai dalam pembelajaran." Buka Maulina Sucihati.
Memahami perbedaan kemampuan, daya pikir, daya tangkap dan latar belakang anak-anak juga menjadi hal penting bagaimana seorang guru memberikan materi pembelajaran di kelas, agar tercipta pemerataan kemampuan siswa.
"Anak-anak itu membutuhkan apa untuk pembelajarannya. Karena tingkat kemampuan anak itu berbeda-beda. Ada anak yang cepat, sedang dan lambat. Masalah anak-anak juga berbeda-beda. Besar di lingkungan yang berbeda dan orangtua yang berbeda. Saya pernah mengatakan bahwa guru itu jadi contoh bagi mereka. Jadi ketika ngajar bukan hanya mengajari. Ketika mengajari kemungkinan orangtuanya lebih pandai dan pintar, karena ibu mereka adalah guru pertama anak-anak." Jelasnya.
Penguatan karakter siswa didik juga wajib diberikan guru dengan sejumlah kegiatan rutin yang didalamnya menekankan unsur agama dan kemanusiaan.
"Ketika berbicara mendidik, disitu ada budi pekerti, ada penanaman moral, ada pembiasaan yang harus kami tekankan kepada anak-anak seperti saat mulai belajar harus berdoa, bagaimana dia bersikap kepada orang lain, bagaimana empatinya tumbuh, semua pembelajaran yang diberikan oleh guru menjadikan mereka karakternya lebih kuat." Lanjutnya.
Terdapat katagori kemampuan daya tangkap dan pemahaman siswa didik yang berbeda-beda, perlu pula dilakukan observasi dan assesment di awal pemberian materi pembelajaran.