Mereka terjaga setelah tadi malam lelap dengan mimpi memahat air untuk dijadikan mesiu ketika sang fajar terbit.
Mereka mengatakan bahwa ketika jiwa ini mengalami ambiguitas, matahari datang dari barat bukan dari timur.
Lalu mereka menyeduh kopi dengan bersendok-sendok gula dan sejumput kopi, padahal mereka pasti tahu akan seperti apa rasa kopi itu.
Manis yang terlalu manis itu baru saja mereka buat semata demi mengenyahkan pahitnya kopi.
Sambil duduk di bawah siraman cahaya matahari mereka menggigil kedinginan padahal peluh itu sudah menetes seperti air terjun. (Sang-030921)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H