Lihat ke Halaman Asli

Alamsyah

Jurnalis & Content Writer

Hedonis, Kesenangan yang Tercipta dari Pergulatan Cinta

Diperbarui: 11 Maret 2021   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Pixabay.com 

Hedonis yang kemudian melekat dengan gaya hidup, prilaku atau kebiasaan hidup bermewah-mewah, telah menciptakan generasi, kaum dan kelompok orang yang memiliki pandangan bahwa hidup seminimal mungkin harus terhindar dari perasaan yang menyakitkan diri sendiri.

Sebab itu, orang yang masuk dalam lingkup ini, ketika mereka memiliki banyak uang, maka dipakailah uang itu untuk menyenangkan dirinya sendiri. Berfoya-foya, shopping, makan-makan mewah, berlibur ke destinasi mewah dan lainnya.

Kesenangan demi kesenangan dalam bentuk apapun itu yang dicari para Hedonis, kemudian menjadi sebuah ajaran atau pandangan hidup yang lalu memunculkan paham, mazhab, ajaran Hedonisme.

Paham ini digali awalnya oleh filsuf Sokrates, kemudian berkembang lagi oleh filsuf Aristippos, seterusnya filsuf Epikuros. Kecuali Sokrates dan Epikuros yang dominan menyebut kesenangan itu secara kebendaan, Aristippos lebih menyasar kesenangan secara rohani, jiwa yang bebas dari rasa resah.

Demikian paham ini kemudian muncul serta berkembang, para Hedonis modern memperkaya khasanah dalam mencari kesenangannya. Kesenangan yang pada akhirnya membuat mereka bahagia jika disaksikan orang lain.

Kelompok-kelompok perempuan sosialita, gemerlap kehidupan selebritis, pejabat negara, petinggi perusahaan, adalah para hedonis yang sejatinya kerap mempertontonkan kesenangan mereka kepada publik.

Media sosial telah mempertontonkan itu secara nyata. Bagaimana misalnya seorang Syahrini naik jet pribadi, Raffi Ahmad dengan gayanya berdiri di depan mobil mewah koleksinya, atau di kalangan politisi ada yang memiliki McLaren seharga Rp 10,5 miliar, atau paling anyar, Tesla Model X seharga Rp 2 miliar.

Bagaimana mungkin, Hedonis ini menjadi sebuah paham atau pandangan hidup mengenai kesenangan, ketika ditilik cikal bakalnya justru dari sebuah pergulatan cinta antara Eros dengan Psikhe.

Sebelum melahirkan Hedone, akar kata dari Hedonis, Eros sang dewa cinta, tak semudah itu memang mendapatkan hati Psikhe. Pergulatan dan pergumulan sempat terjadi sebelum akhirnya sejoli itu melahirkan putra mereka, Hedone.

Boleh jadi, karena diawali kesulitan lebih dahulu, maka setelahnya dicarilah kesenangan. Ini sama persis dengan alur dan cerita di film-film atau sinetron-sinetron. Bagaimana sebuah kisah Hedonis itu dirunut menjadi karya sinematografi.

Jadi, rasanya sebuah kesenangan itu memang harus diperoleh setelah ada perjuangan terlebih dahulu. Bukankah Eros dan Psikhe tak semudah itu mendapatkan buah cinta mereka, Hedone.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline