Lihat ke Halaman Asli

Madjid Lintang

Orang biasa yang masih terus belajar.

Merana karena Corona

Diperbarui: 24 Oktober 2020   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepuluh bulan yang lalu Rian baru saja mengambil kredit mobil angkot bekas. Dia beroperasi di trayek Panggungan - Bandarjaya, Lampung Tengah. Hasilnya lumayan bisa membawa pulang uang 100 ribu sehari setelah dipotong uang bensin. Dari 100 ribu itu dia harus menyisihkan 25 ribu untuk cicilan angkot. Masih dapat penghasilan bersih 75.000 setiap hari.

Lelaki muda ayah seorang anak itu menjalani hidupnya penuh optimis dan semakin tenang sejak punya angkot sendiri. Dia bisa menakar sendiri naik-turun penghasilan mengikuti irama ramai-sepinya penumpang. Yang membuat Rian tenang dia tak lagi dikejar-kejar setoran karena membawa angkot orang lain.

Tapi, sayang, banyak hal tak terduga bisa terjadi dan menimpa umat manusia. Salah satunya adalah wabah penyakit menular Covid-19 (Corona virus) yang menyebar cepat ke seluruh penjuru dunia. Dampaknya sangat luas menyentuh sendi-sendi kehidupan: kesehatan, sosial, dan ekonomi. Bisa mematikan manusia yang terpapar. Secara ekonomi dampaknya menurunkan daya beli dan dunia usaha.

Rian, si pemilik angkot, pun mengalami dampak Covid-19. Sebutan Zona Merah di daerahnya, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung, berlanjut dengan belajar daring anak-anak sekolah, pembatasan mobilitas masyarakat, menimbulkan efek domino. Angkutan umum bus dan angkot terdampak langsung karena penumpang sepi.

Sejak ada virus Corona penghasilan dari menarik angkot menurun drastis. Biasanya sekali jalan dari Panggungan ke Bandarjaya dia bisa mengantongi hasil 40.000. Sejak ada covid-19 penghasilannya turun drastis, sekali jalan terkadang tanpa penumpang sama sekali. Pulang ke rumah pun syukur-syukur bila masih membawa uang 25 ribu.

Diliburkan

Nasib hampir sama juga dialami Wendi, karyawan sebuah hotel di Bandarjaya, Lampung Tengah. Hotel tempat dia bekerja yang biasa ramai dan penuh saat akhir pekan, sejak ada Covid-19 menjadi sepi.

Saat awal tersebarnya virus Corona pengelola hotel masih berusaha bertahan meskipun omset sudah mulai menurun. Setelah enam bulan Covid-19 operasional hotel tidak bisa dipertahan lagi. Penghasilan sudah tidak dapat menutupi biaya operasi. Akhirnya pihak manajemen memutuskan menghentikan operasional hotel. Seluruh karyawan diliburkan kecuali secutity dan cleaning servise. 

Rian yang bekerja di bagian layanan pelanggan hotel tersebut adalah salah satu karyawan yang diliburkan. Sejak saat itu dia jadi pengangguran. 

Survei BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survei kepada 34.599 responden pelaku usaha yang terkena dampak pandemi virus corona atau Covid-19 selama 10-26 Juli 2020.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline