Amelia belum genap tigapuluh delapan tahun, dan ia mempunyai tiga anak yang masih kecil-kecil. Kemudian datanglah hasil diagnosis yang begitu mengagetkan bagai petir di siang bolong: Amelia mengidap kanker indung telur stadium lanjut.
"Ya Tuhan," rintihnya di pembaringan rumah sakit, "Saya ingin melihat anak-anakku tumbuh besar, ingin sekali menenteramkan hati mereka saat mereka gundah dan ingin sekali saya berada di samping mereka ketika mereka memerlukan saya."
Namun ia sadar Tuhan punya rencana lain. Setelah melewati masa-masa awal shok dan keluh kesah akibat kenyataan yang sulit diterima ini, Amelia menggunakan banyak waktunya untuk mempersiapkan kematiannya. Ia dan suaminya, Tedy, setiap malam serius membicarakan siapa yang akan mengawasi anak-anaknya ketika Tedy bekerja, bagaimana ia akan mengatur rumah tanpa Amelia dan siapa yang akan mendjadi pengasuh anak-anak seandainya Tedy juga meninggal.
Dalam hal teknis, Amelia dan Tedy sudah siap betul. Kemudian, pagi-pagi sekali setelah Amelia dibawa ke rumah sakit, dokternya menelpon Tedy. Amelia meninggal dengan tenang saat tidur; penderitaannya telah berakhir. Tiga anaknya ada di samping Tedy ketika ia menerima berita itu. Dan, begitu Tedy melihat sorot mata anak-anaknya yang tampak bingung, sadarlah ia akan satu hal yang tidak ia persiapkan: apa yang akan ia katakan pada anak-anaknya? Bagaimana caranya membuat mereka memahami kematian? Bagaimana ia bisa bicara pada mereka sementara ia juga merasakan rasa duka yang amat mendalam?
Dengan harapan untuk melindungi anak-anak mereka, banyak orang tua berusaha membentengi mereka dari pengalaman kehilangan, ungkapan duka cita, dan mencegah mereka mendapati suasana perkabungan bersama anggota keluarga lain atas meninggalnya orang yang dicintai. Meski begitu, salah satu pelajaran paling penting yang bisa anda dapatkan dari artikel ini adalah bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sama dengan orang dewasa -berduka dan menerima apa yang telah terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H