Lihat ke Halaman Asli

Kembang Mapan di Kalimantan Timur, Nauru, dan Tambang Ilegal

Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik terima 180.000 bibit kakao secara simbolis dari PT Berau Coal. Dok. YUVITA/ADPIMPROV KALTIM

Kawasan Pengembangan Masa Depan atau disingkat Kembang Mapan adalah sebuah inisiatif yang digagas oleh PT Berau Coal di Kalimantan Timur. Ini merupakan upaya perusahaan untuk mengubah lahan bekas tambang menjadi area produktif yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Pada Selasa (29/10/2024) kemarin, Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik melakukan kunjungan kedinasan ke lokasi Green House PT Berau Coal. Ia melihat langsung bagaimana lahan bekas tambang dapat ditransformasi menjadi pertanian, dengan metode inti plasma. Ia merasa senang bahwa pihak penambang menjadi inisiator program ketahanan pangan dengan menggandeng masyarakat perkebunan kakao lokal.

Masyarakat adat di Kalimantan telah hidup berdampingan dengan hutan selama ribuan tahun. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang alam dan cara memanfaatkannya secara berkelanjutan. Di era modern ini, pemanfaatan sumber daya alam dalam bentuk komoditas tambang menjadi tantangan bagi kearifan lokal sekitar.

Dari hasil kunjungan kemarin, Pemprov Kaltim menyaksikan upaya dari Berau Coal menawarkan alternatif yang berbeda. Dengan program restorasi lahan dan pengembangan pertanian berkelanjutan, perusahaan ini menunjukkan bahwa pertambangan bisa dilakukan sambil menjaga kelestarian lingkungan. Ini adalah langkah maju yang diapresiasi pihak pemerintah daerah.

Penanaman bibit kakao dilakukan di lokasi Kawasan Pengembangan Masa Depan (Kembang Mapan).  Total luasnya 709,9 hektare. Demi melihat pola pengelolaan tambang di Berau Coal ini, PJ Gubernur Akmal teringat akan dengan kesalahan yang pernah dilakukan Republik Nauru, di era tahun 80-an lalu.

"Nauru adalah negara kecil yang kaya karena tambang. Tapi karena mereka tidak mengelola untuk masa depan, sekarang mereka menjadi negara termiskin di dunia," buka Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat berkunjung di lokasi Green House PT Berau Coal, Selasa (29/10/2024) usai melakukan penanaman kakao di lahan eks tambang.

Nauru, pulau kecil di Pasifik, pernah bergelimang harta dari tambang fosfat. Namun, eksploitasi tanpa batas telah mengubah surga itu menjadi gurun. Kini, negara di kawasan Pasifik Tengah itu menjadi negara termiskin dan memiliki masalah kesulitan air bersih bagi warganya.

Nauru adalah contoh nyata dari apa yang terjadi ketika pihak berkepentingan tidak bijak dalam mengelola sumber daya alam. Akmal Malik tidak ingin sejarah itu berulang. Baik warga Kalimantan maupun pemilik izin tambang harus terlibat aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, misalnya dengan mendukung program-program restorasi lahan dan pertanian berkelanjutan seperti yang tengah berlangsung kini.

Akmal mengajak publik untuk perlu belajar dari kesalahan Nauru dan menerapkan prinsip-prinsip kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan demikian, Kalimantan Timur dapat mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Kearifan lokal Kalimantan menjadi pembelajaran bagaimana hidup harus berdampingan dengan alam. Konsep 'huma' misalnya, adalah bentuk pertanian berkelanjutan yang telah diwariskan turun-temurun. Berau Coal, dengan program Kembang Mapan, mencoba menggabungkan ilmu pengetahuan modern dengan kearifan lokal ini bersama metode inti plasma yang ditawarkan.

Namun hal ini bukanlah tanpa tantangan. Stigma negatif terhadap industri pertambangan, seringkali dikaitkan dengan kasus seperti Nauru yang gagal. Upaya mewujudkan praktik pertambangan yang berkelanjutan sebetulnya telah dilakukan dengan menerapkan teknologi dan praktik terbaik di dalam meminimalisir dampak lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline