Lihat ke Halaman Asli

Merah ke Biru, Apakah Gangguan Internet Selesai dengan Pindah Produk?

Diperbarui: 28 September 2021   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Istilah merah ke biru sempat muncul ketika gangguan internet perusahaan berpelat merah mengalami gangguan kemarin (19/9/2021). Perihal ini sempat saya lihat dan tanggapi  di salah satu kolom komentar posting media sosial seseorang.

Si pemilik akun medsos tersebut membanding-bandingkan produk layanan internet dengan istilah dua warna, yang menunjukkan dua perusahaan atau layanan berbeda. "syukur gw pake biru, bukan merah. Mending pindah provider aja," begitu ketiknya.

Pertanyaannya, apakah dengan berpindahnya pelanggan dari merah ke biru menjadi solusi yang tepat atas gangguan internet pada hari Minggu di bulan September tersebut?

Kalau kita ikuti pemberitaan tentang gangguan internet ini, persoalan terjadi di kedalaman laut 20 meter. Kabel jaringan yang berada di 1,5 km dari lepas pantai batam menjadi titik gangguan. Akibatnya, gangguan massal terjadi. Tidak mati total memang. Tapi kecepatan transfer data terjun bebas membuat pelanggan berkeringat dingin.

Perasaan kalut yang menghinggap benak para pelanggan wajar terjadi, karena persoalan itu berlangsung disaat pergantian hari menuju Senin, dimana semua aktivitas akan dimulai. Perusahaan pelat merah itupun mengumumkan bahwa jaringan internet miliknya berangsur pulih di beberapa wilayah pada Senin siang (20/9/2021).

Sekiranya dipahami, gangguan ini dimulai dari persoalan kabel di dasar laut. Yang artinya, ini persoalan infrastruktur jaringan internet.

Jaringan kabel di bawah laut itu cukup kompleks dan rumit. Pembangunannya membutuhkan dana besar hingga jutaan dolar. Para insinyur berpendapat, semakin dalam kabel tertanam, semakin baik, karena ancaman gangguan hanya sedikit.

Memilih permukaan dasar laut juga sangat penting. Karena kontur yang datar relatif tidak melewati bebatuan atau risiko lainnya di dalam sana. Oleh karenanya, sebelum pemasangan, perlu adanya penentuan rute yang ideal dan minim gangguan pada kabel yang akan dipasang.

Dapat dibayangkan sekiranya kabel di dasar laut itu mengalami gangguan. Biaya operasional perbaikan yang sangat besar perlu digelontorkan. Ada banyak sumber daya yang perlu didatangkan. Neraca keuangan menjadi tersendat. Belum lagi perusahaan terkait harus memikirkan kompensasi kepada pelanggan yang dianggap adil bagi kedua belah pihak.

Infrastruktur adalah nyawa dari perusahaan layanan internet itu sendiri. Sangat tidak pas ketika membanding-bandingkan antara layanan satu dengan yang lainnya atas gangguan berdasarkan kabel jaringan di bawah laut milik mereka.

Yang paling benar adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah layanan memperbaiki gangguan ketika infrastruktur yang mereka miliki mengalami problem?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline