Lihat ke Halaman Asli

Literasi Digital hingga Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia di Pantai Maju

Diperbarui: 11 Agustus 2019   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rombongan CLICK Kompasiana sampai di Pantai Maju, Jakarta. Dok. Pri

Untuk pertama kalinya kaki ini menginjak Pantai Maju, sebuah daratan yang dulu memiliki nama Pulau D yang berada di ujung bagian utara Jakarta. Kehadiran saya di kawasan penuh kontroversi ini merupakan bagian dari Latihan Penulisan yang digagas oleh CLICK Kompasiana. 

Tujuannya untuk mengaplikasikan materi yang sudah didapat sebelumnya oleh ketiga narasumber yang khusus didatangkan oleh komunitas pemerhati Commuterline di platform Kompasiana ini.

Fanny Jonathan Poyk, Iskandar Zulkarnaen (Bang Isjed), Isson Khaerul, yang menjadi bintang tamu di kegiatan mengasah kemampuan menulis kemarin (2-3 Agustus 2019), memberikan arahan yang saling berkaitan satu sama lain, di mana seorang penulis harus memiliki sensitivitas dalam menggali fenomena di balik sebuah peristiwa. 

Hal tersebut akan memperkaya khazanah pemikiran dalam dunia literasi digital, dan memberikannya sebuah ciri khas seorang penulis di antara penulis-penulis yang lain. 

Seperti contoh yang disampaikan Isson Kherul di sesi ketiga pelatihan. Perjalanan dirinya menulis perihal ekonomi keuangan menarik minat perusahaan-perusahaan menggunakan jasa Isson untuk mengulas, serta urun pendapat kala menggunakan sistem keuangan yang dimiliki mereka.

Sejujurnya, saya lebih suka dengan materi pertama yang diberikan Fanny Jonathan Poyk. Sastrawan dan mantan redaktur tabloid anak-anak favorit saya, Tabloid Fantasy, ini dengan indahnya menggambarkan bagaimana memoles rasa kemanusiaan melalui sebuah rangkaian kata-kata. 

Meski kemudian Bang Isjed lebih membahas kepada rangkaian konten menjadi pundi-pundi uang, saya ikut merasa kagum dengan wawasannya mengenai konten sebagai sumber penghasilan di dunia literasi digital.

Foto bersama pelatihan menulis dan Tour ke Pantai Maju. Dok. Muthiah Alhasany

Antara sesi pertama dengan sesi kedua, otak saya merasakan kontradiksi. Pening rasanya beranjak dari tema kemanusiaan kemudian melompat ke tema transaksi jual-beli. 

Sama halnya ketika merasakan guncangan gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang berpusat di wilayah Sumur -- Banten tepat setelah melaksanakan sholat Isya. Pening, kaget, bingung, melanda seisi penghuni Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, saat itu.

Rasa pening itu makin terasa ketika saya ikut berpindah tempat dari kawasan Taman Mini Indonesia Indah ke Pantai Maju pada pagi berikutnya. Mega proyek reklamasi yang kami datangi ternyata sepi pengunjung. Hanya segelintir orang menikmati pagi berkabut debu saat itu.

Dahulu diberi nama Pulau D. Kini, resmi bernama Pantai Maju. Istilahnya menjadi tertawaan publik karena perspektifnya tidak sampai kepada gambaran umum orang-orang tentang pantai yang biasa dipakai untuk berjemur matahari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline