Lihat ke Halaman Asli

9 Hari Bersama "Kompasiana"

Diperbarui: 21 November 2017   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritakan Ceritamu

Saya nara-blog semenjak 2014, namun berkontribusi di Kompasiana baru 9 hari, tepat pada hari ini.

Bagi orang Jawa dan budaya Tionghoa, angka 9 memiliki keistimewaannya sendiri. Suku Jawa mengistimewakan angka tersebut karena adanya kaitan sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa. Kita mengingat adanya 9 tokoh terpandang yang menjadi sentral penyebaran nilai-nilai keesaan Tuhan, kebaikan, dan kemerdekaan yang dikenal sebagai Wali Sanga (Sembilan Wali). Begitu istimewanya mereka, organisasi Islam terbesar di Indonesia (Nahdathul Ulama) pun memilih 9 bintang pada lambangnya.

Begitu juga bagi budaya Tionghoa, khususnya orang Hongkong, yang menganggap angka tersebut adalah angka komersil. Nilainya sangat prestis dan mahal karena melambangkan keberuntungan dan kesuksesan penuh di dunia bisnis. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan angka 9 sebagai penutup semua angka dan misterius sehingga banyak dari mereka yang mengidolakan angka ini sebagai hoki (pembawa keberuntungan).

Saya sendiri masih belum paham sekali kemisteriusan angka 9 bagi warga Tionghoa, tetapi mereka biasanya akan memulai bisnis mereka, penandatanganan kontrak atau memilih nomor kontak, rumah, plat mobil, dan lain sebagainya dengan nomor 9 atau yang berhubungan dengannya. 

Apakah saya sengaja mengikuti event 9th anniversary  Kompasiana ini tepat di hari ke-9 saya bergabung dengan mereka? Bisa jadi. Tetapi peran teman-teman sesama Kompasianer lah yang men-drive saya turut berpartisipasi.Saya bersyukur dapat bergabung dengan Kompasiana. Tahun lalu saya bekerja di perusahaan yang berhubungan dengan perjalanan wisata sebagai admin reservasi. Sepanjang berprofesi sebagai penerima call-customer, saya mendapatkan banyak sekali informasi terkait hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan dan kehidupan pribadi pelanggan kami. Penuh otak ini dibuatnya. Berbagai pengetahuan yang menurut saya seru dari mereka akan menjadi komplit jika dibagi bersama orang lain. 

Namun proses berbagi itu bukanlah hal yang mudah. Saya seringkali berusaha untuk berdiskusi bersama rekan-rekan kerja saya, tetapi kemampuan lisan saya tidak sebagus mereka dalam membangun perbincangan. Alih-alih, saya pun kembali ke dunia penulisan blog yang telah saya bangun semenjak 3 tahun lalu.

Menulis itu safety dan menyenangkan dibandingkan sekedar berbincang. Saya menyebutnya seperti itu karena tulisan tidak akan lekang dimakan masa. Sewaktu-waktu kita bisa membukanya kembali jika diperlukan. Semua info pun akan aman bersama tulisan itu, karena jika disimpan hanya untuk dijadikan bahan perbicangan lisan, jejak info akan hilang, apalagi kalau orangnya kurang mampu membangun komunikasi lisan seperti saya. Padahal, bisa jadi info itu sangat berguna bagi orang lain meski orang tersebut bukan orang-orang terdekat kita.

Oleh karenanya, saya memilih undur diri dari perusahaan besar tersebut dan fokus pada dunia tulis-menulis.

Demi membangun kemampuan saya dalam hal penulisan berita, saya mengikuti program interen di sebuah majalah untuk kalangan premium. Saya sampaikan kepada kepala personalia bahwa saya mengikuti program ini bukan sekedar mencari duit tetapi untuk mengasah kemampuan saya hingga ke level berikutnya. Mau berapapun besar insentifnya tetap tidak dapat membeli kebahagiaan, kan?

Singkat cerita saya terpilih untuk mengikuti magang di majalah tersebut. Kebetulan anak majalah mereka telah vakum setahun belakangan ini karena ditinggal pergi penanggung jawabnya. Saya didapuk untuk bertanggung jawab penuh mengurusi konten digital anak majalah mereka, mulai dari pencarian berita, menulis, menentukan grafik desain, hingga membuat jadwal post media sosialnya. Berat memang. Tapi karena job desk yang super berat itu, saya belajar banyak tentang dunia jurnalistik.

Terkadang saya meminta bantuan rekan saya sesama blogger yang juga satu almamater dalam tugas peliputan saya. Terakhir kali melakukan liputan bersamanya adalah saat di kantor Microsoft Indonesia, di gedung Bursa Efek Jakarta. Selain membantu dalam hal perekaman wawancara bersama salah satu manajer perusahaan teknologi tersebut, dia juga begitu terbuka menginformasikan kepada saya tentang Kompasiana ini. Seiring intens-nya komunikasi dengan beliau, saya pun memutuskan ikut bergabung dengan platform "Beyond Blogging" ini pada 12 November lalu.

Hasil Liputan di Microsoft Indonesia

Bergabung bersama Kompasiana menghubungkan saya dengan para milenial yang sangat concern dengan dunia penulisan. Saya senang. Mereka adalah anak-anak bertipikal idealis, meski kadang perhitungan juga. Berbincang dengan mereka memberikan warna baru bagi saya yang hendak bergelut di dunia jurnalis. Keterbukaan, informatif, dan slenge-an adalah gaya mereka. Memang tidak semuanya; tapi mayoritas dan seru.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline