Malam ini
sejatinya telah kurangkai syair-syair tentangmu.
Namun, semua bait lirih syahdu itu raib.
Tatkala netra dan hatiku khusyuk membiarkan bibirku mengeja sebuah untaian kata-kata.
Dalam sebuah sajian prosa yang baru saja kuhalalkan.
Namun, apa yang di dalamnya.
Adalah apa yang mungkin diriku gambarkan tentangmu.
Maka aku rapalkan lagi, syair cinta
tentang kekaguman bertaraf lillah.
Engkau yang matanya teduh