Lihat ke Halaman Asli

Sandi Novan Wijaya

Calon Diplomat

Caraku Memaknai dan Menyambut Puasa Ramadan

Diperbarui: 11 Maret 2024   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang buka puasa Ramadan (Thirdman/pexels.com)

Memori atau kenangan biasanya muncul kembali dalam pikiran kita, jika tanpa disadari kita berada di tempat yang mirip dengan peristiwanya, bahkan ketika hanya kita lihat atau dengar melalui video.

Misalnya, Anda pernah menyatakan cinta di bawah pohon selagi cinta pertama di masa SMA dulu, yang ternyata ditolak.

20 tahun lebih berlalu, Anda merasakan atau melihat suasana yang serupa atau mirip dengan suasana tersebut, tiba-tiba memori Anda mengeluarkan data yang membuat Anda terkenang dengan cinta dan tolakan pertama tersebut.

Hebatnya lagi, memori tersebut ketika muncul justru sering kali membawa kebahagiaan. Percayalah, walaupun Anda mengingat patah hati pertama 20 tahun yang Ialu, Anda tetap saja menertawakan atau tersenyum-senyum sendiri mengenang peristiwa tersebut.

Setiap suara dan aroma mengingatkan pada kenangan masa lalu. Sudah 20 tahun lebih.

Saya pun saat ini sedang masuk ke zona memori tersebut ketika saya mulai melakukan searching di kolom pencarian YouTube dengan kata kunci "Ramadan tahun 2000-an". Semua memori itu bermunculan begitu saja tanpa bisa diredam.

Mulai dari tayangan film anak-anak "Lorong Waktu", "Anak Ajaib", hingga tayangan percintaan orang dewasa seperti "Doa Membawa Berkah" di Televisi, terngiang jelas memenuhi benak.

Sesaat, memori itu berganti menjadi kegiatan-kegiatan di bulan Ramadan mulai dari tugas sekolah untuk mengisi buku kegiatan Ramadan, janjian salat tarawih, kegiatan pesantren kilat, main petasan setelah salat subuh di masjid, mandi di sungai diam-diam, dan masih banyak lainnya.

Dimulai sejak jam 3 pagi, lagu dangdut yang diputar keras-keras lewat sound system besar, pasti membangunkan saya dan almarhum nenek untuk makan sahur.

Libur sekolah penuh di bulan Ramadan, untuk menunggu tibanya buka puasa pertama saya, biasa saya dan teman-teman masa kecil gunakan untuk bermain sepak bola, layang-layang, petak umpet, kelereng, dan permainan-permainan tradisional lainnya yang sepertinya tak akan pernah dikenal oleh anak-anak masa kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline