Lihat ke Halaman Asli

Sandi Novan Wijaya

Calon Diplomat

Ruang Tersisa

Diperbarui: 23 Januari 2024   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Tersisa. (sumber: Dok. Pribadi)

Ruang Tersisa

Dalam senyap yang padanya kutuangkan setiap rasa. Apabila malam terus memaksaku tetap menapaki jejak pada sebuah nama. Dari semua rangkaian pernak-perniknya yang fana. Sosokmu abadi mengakar ke dalam rapuhnya relung kelemahan.


Tak pelak dirimu bukan sekadar apa yang dinantikan. Jika memiliki tak lebih baik dibanding kesungguhan. Aku lebih baik tidak memiliki seperti atap menjadi tempat pernaungan. Kita sama-sama menatap arah serupa. Meski kita masih mencari tahu segala kemungkinan dalam belantara kehidupan. Kelak, kita akan temukan goresan yang masih bersemayam.


Seumpama udara, menitipkan nyawa kepada jiwamu. Segala hal yang memampukanku untuk tenggelam. Adalah mercusuar beriring hasrat yang tak dapat kujabarkan. Dengan bait-bait inilah, yang terus memaksaku agar mengail setiap isi dari kepala.


Pada tiap kehadiranmu yang mewarnai luas lautan. Aku terbawa arus gelombang. Mengalahkan badai yang sigap untuk setiap saat membelah gelombang kemarahan. Berlabuh adalah satu hal yang paling kudambakan usai panas nan terik. Bersimpuh kala dingin nan gulita.


Barangkali ibarat melodi piano menenggelamkan ruang tersisa. Pancaran kasihmu memainkan tangga not terindah; mengusir ketidakberdayaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline