Selalu Sama
Apa daya, bahkan sebait puisi pun tak mampu kutuliskan.
Kala; waktu menjelma menjadi musuh bagi waktu milik kita.
Senyap perlahan merebut takhta yang selalu kita sebut bahagia.
Melemparkan banyak hal pada jurang kekecewaan.
Lalu, mengecup mesra jiwa rana sang pujangga.
Malam-malam melagukan kidung cinta.
Tentang rembulan yang membulat mencengkeram benak.
Memenjara jiwa yang seketika hilang kehendak.
Masih sama; cara matamu melumpuhkanku.