Lihat ke Halaman Asli

Sandi Novan Wijaya

Calon Diplomat

Foto Lama

Diperbarui: 15 Juli 2023   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Sandy Novan Wijaya

Satu jam setelah kedatangannya di coffee shop yang menjadi tempat favoritnya, dan ia memilih bangku yang langsung menghadap ke jalan raya. Kini, Saka mulai merasakan kejenuhan. Americano-nya juga sudah tandas hanya menyisakan ampas warna hitam.

Seperti ada yang menuntunnya, atau ia memang benar-benar jerah sedari tadi, tiba-tiba laki-laki itu mencoba untuk membuka akun jejaring sosial Facebook miliknya yang sudah lama sekali tak lagi pernah ia gunakan. Sudah sangat berdebu mungkin bila itu adalah sebuah gedung atau rumah.

Ia mulai mengecek satu per satu warna merah pada fitur pesan, permintaan pertemanan, gambar globe yang menyimbolkan pemberitahuan, atau sekadar melihat-lihat foto-foto profilmemalukan. Entah mengapa Saka merasa kalau foto-foto itu dulu sangat keren pada zamannya. Namun, khusus untuk Saka, ia memang dulu begitu keren seolah dandanan sehari-harinya 10 tahun lebih maju daripada teman-temannya.

Tidak ada sesuatu pun informasi yang berarti. Lantas sampai ia terus menggulir dengan santai lini masa yang memuat cukup banyak hal yang pernah ia bagikan; foto, video, status, dan catatan, termasuk juga perayaan momen-momen tertentu bersama teman-teman sekolah dan kuliahnya dulu.

"Ternyata banyak yang berubah tampilan dan fitur-fiturnya". ucap Saka dalam hati.

Terkadang ia tersenyum geli, ketika mendapati status-status maupun beberapa album foto yang pernah ia sebarkan di setiap lini masa di profilnya itu. Betapa kini ia baru menyadari bagaimana cara Saka menyikapi persoalan perihal masalah hidup yang pernah menyertainya. Baru lah sekarang pula, ia benar-benar menyadari bahwa segala bentuk kepedihan atau kebahagiaan yang pernah ada, tak selamanya akan tinggal bersamanya.

Pada satu titik, sampai lah ibu jari dan matanya serempak menangkap sebuah l foto bunga mawar berkepsyen, "Thank you so much, Sak". Tak menunggu lama untuk pikirannnya menerawang jauh memasuki dimensi lain untuk membuka kembali memori jangka panjang yang sebenarnya sudah lama ia kubur dalam-dalam.

'Iya gue terima. Gue juga suka kok sama lo. Makasih Saka buat bunganya juga'.

Kini, Saka seperti ingin meluapkan kegembiraannya saat itu juga. Sementara Saka terus menatap kosong ke atas langit, di saat yang bersamaan pria itu terus membiarkan sukmanya menjelajahi sebuah masa lalunya.

Selang beberapa waktu kemudian, lamunannya beralih melompat ke ke satu setengah bulan setelah ingatan yang pertama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline