Ketinggian kadang diidentikkan dengan dengan keindahan, semakin tinggi semakin banyak hal indah yang ditemui. Hal itu tidaklah salah, karena memang benar adanya, ketinggian seolah menyajikan dan menyuguhkan sisi lain makna keindahan.
Tapi Prau seolah membuktikan, bahwa untuk bisa menyajikan keindahan, tak selalu harus dalam kondisi yang tinggi. Karena faktanya, ketinggian bukan untuk diadu.
Dengan ketinggian yang dimiliki Prau, seolah ia menujukkan bahwa setiap gunung entah tingginya berapa, dan aksesnya seperti apa. Setiap gunung memiliki karakter dan keunikannya masing - masing, sebuah hal yang belum tentu bisa dipukul rata untuk ditemukan di semua gunung.
Selayaknya manusia, unik dan berkarakter adalah bagian nyata sisi seorang manusia. Tapi tidak bisa disama ratakan dengan satu indikator, karena ragam dan rupawan, masing - masing punya kendali dan naluri.
Banyak hal yang tidak dimiliki dan tidak tidak kita temui saat berkunjung ke gunung Prau, dan mungkin kita temukan di gunung lain, pun sebaliknya.
Prau identik dan otentik atas indahnya saat matahari terbit. Seolah itu yang menjadi sisi menarik Prau, dan menggugah banyak selera untuk mengunjunginya.
Selera dan ketertarikan mungkin kembali tak bisa diseragamkan, seolah panggilan dan daya tarik tersendiri bagi masing - masing pribadinya.
Seperti menarik dan ragam kesan cantiknya Prau, bisa saja ada sebagian orang yang mengakuinya, tapi enggan dan sungkan mengunjunginya.
Dengan daya tarik yang kuat dan memancing banyak minat orang untuk mengunjunginya, seharusnya banyak pula yang ikut serta menjaganya.
Karena jika hanya kita yang menikmatinya, tidakkah terlalu egois untuk tidak membaginya? Tak terlalu penting tentang banyaknya, minimal untuk anak dan cucu kita, agar cantiknya Prau tak tinggal cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H