Lihat ke Halaman Asli

Menjawab Tantangan Kurikulum Merdeka dengan Inovasi Flipped-Differentiated Learning

Diperbarui: 20 November 2023   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Dua tahun terakhir, sounding kurikulum merdeka kian menggema di tengah dunia pendidikan tanah air. Kurikulum yang awalnya disebut kurikulum prototipe ini hadir menjawab permasalahan learning loss yang terjadi di masa pandemi kala itu. Penyederhanan kurikulum yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ketika wabah covid-19 menyerang menjadi cikal bakal lahirnya kurikulum merdeka. Penyederhanaan kurikulum pada masa itu dianggap efektif dalam rangka penguatan akan pentingnya perubahan rencana dan strategi implementasi kurikulum yang lebih komperhensif pada kondisi khusus.

          Mengutip dari laman Kemendikbudristek, kurikulum merdeka didefinsikan sebagai kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler yang yang beragam. Di mana konten pembelajaran akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Di sisi lain, guru juga memiliki keleluasaan untuk mengatur dan memilih perangkat ajarnya, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang pada dasarnya berbeda dan beragam. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung adanya pemulihan pembelajaran antara lain, fokus pada materi yang esensial sehingga pembelajaran akan lebih mendalam, selain itu satuan pendidikan diberikan kesempatan untuk menentukan proses pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi atau karakteristik satuan pendidikan tersebut. Hal ini yang kemudian menjadi tantangan bagi dunia pendidikan saat ini, khususnya di satuan pendidikan. Bagaimana strategi yang dilakukan agar proses pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik yang berbeda dan beragam, sehingga amanat dari kurikulum merdeka bisa tercapai, yakni setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kodratnya dan mengalamai pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan.

          Salah satu aspek penting di dalam kurikulum merdeka adalah pembelajaran berdiferenisiasi (differentiated learning). Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan yang mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik diberikan pilihan-pilihan yang bervariasi dalam hal materi pembelajaran, metode pengajaran dan penilaian. Tujuan utama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memastikan setiap peserta didik dapat mencapai potensi maksimal mereka dan merasa termotivasi dalam proses belajar.

          Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan oleh serang guru agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pertama, diferensiasi konten, hal ini terkait dengan muatan materi ajar yang akan diberikan bagi peserta didik. Diferensiasi konten ini dapat dibedakan berdasarkan, kesiapan belajar (kemampuan awal) , minat, dan gaya belajar peserta didik maupun kombinasi ketiganya. Maka dari itu, guru perlu menyediakan bahan ajar atau materi dan media pembelajaran yang sesaui dengan kebutuhan peserta didiknya. Kedua, diferensiasi proses, diferensiasi ini menitikbertakan pada cara penyamapaian materi kepada peserta didik. Misalnya, peserta didik yang gaya belajarnya visual, guru dapat menggunakan media gambar atau tulisan untuk membantu peserta didik mencapai pemahaman yang diinginkan. Lain halnya dengan peserta didik yang gaya belajarnya auditory, guru dapat menggunakan metode diskusi atau ceramah untuk menyampaikan materi. Dengan menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, proses pembelajaran akan lebih efektif dan peserta didik akan lebih terlibat di dalam prosesnya. Terakhir, diferensiasi produk, diferensiasi tipe ini akan bermuara pada produk atau karya yang bisa dihasilkan oleh peserta didik. Produk dirasa penting karena dapat mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang lebih luas. Diferensiasi produk dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksepesikan pembelajaran sesuai dengan apa yang mereka inginkan atau hal yang mereka sukai.

          SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi Samarinda merupakan salah satu sekolah yang telah mengimplementasikan kurikulum merdeka sejak tahun ajaran 2022/2023 lalu. Salah satu strategi yang dilakukan sekolah ini dalam menjawab tantangan kurikulum merdeka akan pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik yang berbeda-beda adalah dengan menerapkan Flipped Learning yang diintegrasikan dengan pembelajarn berdiferensiasi yang kemudian dikenal dengan inovasi Flipped-Differentiated Learning.

          Flipped Learning (pembelajaran terbalik) merupakan model pembelajaran dimana peserta didik sebelum belajar di dalam kelas mempelajari materi lebih dahulu di rumah melalui video pembelajaran, modul ajar , atau penugasan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran yang dikembangkan oleh Jon Bergmann dan Aaron Sams ini diniali dapat berdampak positif bagi proses pembelajaran di dalam kelas. Bagi peserta didik, mereka akan memiliki bekal yang cukup untuk memulai pembelajaran nantinya. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk belajar secara mandiri. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), dan kemampuan berkomunikasi (communication skills) dari peserta didik tentunya akan terasah dengan baik pula melalui proses yang akan mereka lewati. Sementara bagi guru, mereka akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendampingi siswa yang dirasa perlu untuk mendapatkan bimbingan extra. Guru tidak akan lagi mendominasi waktu di dalam kelas, guru hanya akan bertindak sebagai fasilitator. Kondisi ini akan membuat interaksi antara guru dan peserta didik menjadi semakin baik dan menyenangkan.

          Proses diferensiasi tidak hanya terjadi di dalam kelas, namun di luar kelas melalui penugasan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Guru akan merancang proses penyampaian materi berdasarkan kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik akan merasa nyaman untuk melaksanakan tugas yang disampaikan karena berkaitan dengan hal yang menarik bagi mereka. Menurut beberapa siswa-siswa di SMA Assisi, inovasi Flipped-Differentiated Learning ini membuat mereka tidak merasa takut lagi untuk datang ke sekolah, dengan telah mempelajari materi yang akan diajarkan nantinya, membuat mereka lebih percaya diri untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Orang tua pun merespon positif akan hal baik ini, bagi mereka hadirnya Flipped-Differentiated Learning di SMA Assisi mampu meyakinkan diri mereka bahwa putra-putri mereka terlayani dengan baik untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline