Musibah atau penderitaan memang membuat kita menderita dalam hidup. Namun penderitaan yang terjadi bukan tanpa alasan. Ada hikmah dari setiap penderitaan yang datang. Apa kata - kata ini hanya sebagai hiburan semata agar kita tidak terlalu menderita ?. Memang ini nyata penderitaan cara Tuhan membersihkan segala dosa kita atau melepas ego kita sendiri.
Kesenangan itu hanya menipu diri kita saja tapi kalau penderitaan menyadarkan kita. Kesenangan itu menipu karena kita akan selalu dikuasai oleh ego kita terus, sehingga kita akan selalu berkeinginan dan terus berkeinginan tanpa pernah puas. Makanya di sebut menipu bukan, karena ego itu tidak pernah puas walaupun keinginan kita sudah tercapai sekalipun,
Boleh juga dikatakan kita akan terus melayani ego kita sehingga kita mempunyai sifat serakah dan tamak dalam hal apapun seperti merasa paling benar, merasa berkuasa, merasa paling unggul dll. Intinya sifat yang akan mengarahkan kita pada keburukan.
Namun penderitaan itu berbeda karena akan membuat kita tidak berdaya sehingga mengikis ego kita sedikit demi sedikit, dengan terus diberikan penderitaan hingga ego kita di paksa menyerah. Saat ego menyerah maka disitulah kita mengenal pasrah atau aku sebut Tuhan itu sendiri. Makanya penderitaan menyadarkan kita bahwa selama ini, kita memisahkan diri dari Yang Maha Hidup. Teryata ego kita sendiri atau aku yang selama ini kita banggakan menjadi penghalang antara kita dengan Tuhan.
DI sini setiap orang punya ego namun ada yang begitu dominan egonya, ada yang sedang, ada yang rendah dan ada yang sudah tidak dikuasai ego. Kalau sudah tidak di kuasai ego berarti dia sudah pasrah total kepada yang maha hidup. Sehingga dia dengan maha hidup sudah tidak terpisah, ini di sebut kondisi apa adanya.
Jadi musibah atau penderitaan itu awalnya memang begitu menyiksa ego kita dan itu di sengaja, agar ego kita bisa menyerah. Karena selama ini kita terus hidup dengan ego kita dan ego inilah penyebab kita jauh dengan Tuhan. Semakin tinggi ego maka semakin jauh dengan Tuhan. Biasanya orang dengan egonya tinggi di nasehati kebaikan atau di suruh intropeksi diri, itu tidak mau. Makanya jauh dari kebenaran.
Dengan penderitaan itu jalan satu - satunya agar ego kita di hajar habis hingga menyerah. Jadi pasti akan begitu menderita, siapa yang menderita ?, ego atau aku itu sendiri. Makanya kalau ego tidak ada atau menyerah, baru kita bisa pasrah secara total atau bisa disebut ikhlas lah.
Saat kita hidup pasrah segalanya terasa ringan dan tidak ada yang bisa mengganggu kita. Ini semua terjadi karena buah dari sebuah penderitaan. Tanpa penderitaan tidak mungkin kita mengerti hakekat Tuhan atau kebenaran yang sesungguhnya. Bagi yang menderita selamat anda menuju jalan kebenaran dan untuk itu belajar lah berserah diri atau hidup tanpa aku. Kalau belum paham apa itu pasrah atau hidup tanpa aku, dengan sendirinya nanti kita akan di bawa kondisi pasrah dan dari situlah awal mula kita mengenal pasrah yang sesungguhnya.
Untuk yang sudah berkesadaran atau pasrah namun keadaan di luar tetap sulit, tenang lah. Semakin sulit keadaan maka semakin baik untuk bisa pasrah atau berkesadaran. Karena saat di uji dalam kesadaran maka kesadaran kita akan semakin tinggi. Jadi jangan iri sama orang lain yang sudah mencapai segalanya dalam standart masyarakat yang ada, seperti menikah, kerja punya penghasilan, punya teman yang sefrekuensi. Karena jujur aku tidak punya semua itu, jadi ini adalah waktu yang tepat untuk melatih kesadaranku. Karena semakin aku jauh dari kesenangan indrawi maka itu adalah kesempatan yang bagus untuk melatih kesadaranku.
Karena kesadaran itu ada tingkatnya, jadi semakin gede cobaan maka derajat kita akan semakin tinggi. Maksudnya adalah semakin gede cobaan maka kesadaran kita akan semakin tinggi. Maka bisa dikatakan Tuhan itu adil lebih tepatnya hukum Tuhan itu adil. Jadi kalau kita sedang menderita dan berfikir, kenapa Tuhan tidak adil iya ? Padahal penderitaan jalan menuju kebenaran. Jadi sesuai penjelasanku tadi Tuhan itu maha adil.