Rumpin, Bogor -- Suara musik tari tradisional terdengar penuh di lapangan terbuka, dengan penuh percaya diri anak -- anak menari tanpa ragu. Terlihat lincah kaki mungil itu mengikuti ketukan lagu. Selendang yang terkena angin seakan mengikuti irama yang mendayu. Mata yang fokus melihat guru di depan yang sedang memberikan contoh. Tidak hanya itu suara anak laki laki terdengar dari belakang rumah, dengan telanjang kaki ia melakukan gerakan menendang, sabuk yang terlilit di pinggang menandakan bahwa ia seorang pencak silat.
Sanggar Seni Waditra, Sanggar yang berada di Desa Gobang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor ini sudah ada sejak tahun 2008 dengan nama Saung Waditra. Saung tersebut didirikan oleh Mbah Kukun yang saat itu merupakan seorang pengrajin angklung. Banyak nya warga yang tertarik dengan angklung, mbah Kukun mengajarkan masyarakat sekitar untuk mengembangkan bakat nya tersebut. Lalu terbentuklah suatu kelompok yang sering bermain angklung di Saung Waditra. Terkenal nya Saung Waditra dalam permainan angklung nya yang indah, tidak jarang masyarakat sering memanggil nya untuk mengisi acara di nikahan ataupun sunatan.
Tidak hanya itu, Mbah Kukun selaku pekerja seni beliau pun ingin mengembangkan seni lainnya dengan mengajarkan anak -- anak sekitar yaitu seni bela diri Pencak Silat. Banyak nya antusias dari masyarakat yang mendukung apa yang dilakukan Mbah Kukun, tetapi karena beliau harus tetap fokus dalam menjalani pembuatan angklung maka dari itu, Ibu Ade dan Mas Dharma membantu untuk mengajar anak -- anak pencak silat. Mereka mengajarkan beberapa teknik - teknik dasar kepada anak -- anak. Hampir murid dari pencak silat ini adalah laki- laki, ada pula beberapa murid perempuan yang sangat pemberani.
Mbah Kukun memiliki mantu yang bernama Ayuk (23) yang kebetulan bisa menari tari tradisional. Beliau tidak ingin menyianyiakan kesempatan ini, akhirnya pada tahun 2018 akhirnya Mbah Kukun dan anaknya Hedi membuat Sanggar Seni Waditra yang membuka kelas seni bela diri pencak silat dan menari.
"Saat ini, Sanggar Waditra membuka 3 kelas, ada kelas pemula, kelas menengah, dan kelas terampil, tetapi karena baru buka tahun kemarin dan masih angkatan pertama, jadi yang baru terisi hanya kelas pemula dan menengah saja. Kelas pemula diisi oleh anak TK dan SD, dan kelas menengah diisi oleh anak kelas SMP", ujar Ayuk
Mba Ayuk menjelaskan " Disini kita latihan seminggu 2 kali, setiap hari Rabu jam 2 siang dan hari Minggu pagi, kebetulan yang mengajar saya sendiri dibantu oleh teman saya yaitu Novi salsabila". Tidak lama ini Sanggar Seni Waditra ini melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. "Baru aja kemarin kita ngadain evaluasi pertama, untuk yang tari kelas pemula membawakan tarian yang berjudul Bentang Timur, kalo untuk kelas menengah judulnya Paguneman", ujar Ayuk .
Kegiatan evaluasi pertama ini sangat didukung oleh Bapak Firmansyah selaku Wakil Ketua Karang Taruna Desa Gobang. "Kepala desa disini bisa menyalurkan hobi masyarakat melalui karang taruna yang dikelola oleh saya sendiri dengan Ketua Karang Taruna Pak Maman. Setiap setahun sekali disini diadakan kegiatan yang bersangkutkan dengan seni. Akhir tahun 2018, kami melakukan kegiatan pentas seni di lapangan sebelah balai desa, yang peserta nya dari masyarakat sini terutama masyarakat Desa Gobang, diutamakan anak usia dini tingkat SD."
Banyak nya yang memesan angklung dari Mbah kukun, secara tidak langsung akan datang ke Kecamatan Rumpin. Semenjak itu Desa Gobang dikenal sebagai Desa Wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H