Lihat ke Halaman Asli

Sandro Tambe

Penjelajah

Tetap Egois atau Mulai Peduli

Diperbarui: 2 Februari 2023   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kesuksesan sapiens dalam mengungguli evolusi adalah sebuah cerita yang patut dibanggakan. Pasalnya, perjuangan hebat sapiens yang dimulai ribuan tahun telah membuahkan hasil memuaskan. Boleh dikatakan sapiens telah menjadi "tuhan" yang mampu menentukan arah perjalanan bumi sesuai kebutuhan dan keinginan kita. 

Sapiens telah mampu mengendalikan segala sesuatu yang bisa dikendalikan. Gambaran yang bisa kita miliki saat ini adalah bahwa manusia benar-benar menikmati kesuksesannya dalam sejarah. Namun, cerita kesuksesan sapiens adalah sebuah single story. Sejatinya kesuksesan yang dicapai sapiens hanyalah cerita yang dibanggakan sapiens. 

Cerita yang hanya menampilkan sisi kesuksesan tetapi meningalkan banyak luka dan sejarah kelam yang mungkin bisa kita elakkan tapi nyata terjadi. Sebab, nyatanya setiap kisah penemuan baru yang menghantar sapiens ke puncak kemakmuran, kepunahan dan kerusakan alam selalu menjadi ending setiap episode. Akhir cerita ini tak diceritakan melainkan dilesapkan seolah tak pernah terjadi dan bukan kita yang melakukannya.   

Sejenak kita mungkin bisa melupakan kisah masa lalu. Lagi pula apa salahnya kita melakukan itu? Bukankah alam bekerja demikian? Bukankah semua spesies juga melakukan hal yang sama agar tetap bertahan hidup? Kita mungkin berpikir demikian dan ini tidak salah. Namun, perlu diketahui bahwa yang kita lakukan berbeda. Kita telah melangkah jauh dari keseimbangan ekologis. Kita tak melakukan apa yang sejatinya alam dan ekosistem lakukan.

Demi memuaskan hasrat terliar, kita telah menciptakan peradaban sendiri yang merusak keseimbangan ekologis. Menguntungkan sapiens tapi merugikan alam. Dan, jikalau hasrat terliar kita terus dibiarkan, maka dampak ekologis tak terhindarkan. Menariknya, semakin kita meningkatkan kemajuan tanpa mempertimbangkan dampak ekologis semakin dalam sapiens menggali lubang kuburnya sendiri. Sebab, bagaimanapun kita bergerak dengan segala macam kemajuan yang kita lakukan, fakta bahwa kita akan tetap tinggal menetap di bumi ini dalam waktu yang lama adalah sebuah keniscayaan. Ingat, untuk tetap bertahan hidup dalam era-era mendatang kita membutuhkan lingkungan yang tentunya mendukung kita untuk bertahan hidup. 

Kenyataan yang terjadi di lapangan justru semakin buruk. Perubahan iklim diiringi perubahan cuaca ekstrem yang tak menentu menjadi rambu-rambu yang jelas bahwa kemajuan pembangunan manusia sedang menuju arah kurang sehat. Pembangunan yang tak berkelanjutan dengan tidak mempertimbangkan dampak lingkungan akan semakin memperburuk situasi. Efeknya, bencana akan datang lebih awal. Tak lagi terjadi di masa depan saja. 

Dengan meningkatnya pembangunan diikuti dengan perusakan hutan serta ekosistem yang signifikan, bencana sedang menintai kita. Sebagian tak dapat diprediksi dan akan menyerang secara tiba-tiba dan dalam waktu dekat akan bermunculan. Peningkatan suhu global, pandemi COVID-19, wabah tikus di Australia, banjir dan bencana tanah longsor di beberapa daerah di Indonesia dan negara-negara lainnya menjadi contoh nyata bahwa rumah kita ini sedang tidak sehat.

Fenomena-fenomena langkah dan aneh yang terjadi selama ini setidaknya menjadi sirene bagi kita untuk mulai duduk bersama mencari solusi. Setiap negara melalui para pemimpinnya diharapkan untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Mengambil langkah yang sama adalah jawaban yang dibutuhkan karena ini adalah masalah global yang sejatinya tak bisa diselesaikan hanya bermodalkan semangat nasionalisme. Mendiskusikannya secara global akan memperjelas arah dan tindakan bersama yang mesti dilakukan. 

Tujuannya agar semua negara mengambil tindakan yang sama dalam mereduksi setiap pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan. Sekali lagi ini adalah masalah global karena kita hidup di satu rumah yang sama yaitu bumi. Setiap tindakan yang dilakukan di belahan dunia mana pun akan berdampak bagi yang lain. Tanpa disadari, pembakaran lahan di hutan tropis kalimantan akan  mengakibatkan banjir rob di Belanda yang berjarak ribuan kilometer.

Peningkatan suhu global yang diikuti oleh perubahan cuaca yang ekstrem telah menjadi rambu yang menuntut kita untuk waspada. Ini tentunya juga menyarankan kita untuk mulai memikirkan masa depan yang harus kita pilih. Keputusan kita dalam memulai pembangunan kiranya didasarkan pada pertimbangan matang yang juga memasukan dampak ekologis sebagai syarat dilanjutkannya pembangunan. Pertimbangan diarahkan agar bumi tercinta masih layak untuk dihuni bagi generasi mendatang.

Keraguan yang bisa kita jadikan pertanyaan adalah perlukah kita peduli tentang masa depan? Perlukah kita memikirkan masa depan anak cucu kita? Mengapa kita harus merawat bumi untuk masa yang akan datang jikalau nyatanya kita tak hidup selama itu? Pertanyaan seperti ini akan muncul jikalau kita menempatkan diri sebagai generasi egois yang tenggelam dalam mental memperkaya diri. Maka yang kita perlu lakukan adalah mengondisikan dunia sebagai tempat yang layak untuk dihuni saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline