Apa yang dia lakukan itu... sungguh terniat!
Saya bukan peminum kopi. Suka sakit perut. Padahal gak punya mag. Tapi doyan baunya. Terutama kalau ada bau tidak sedap. Pakai bubuk kopi. Absorban yang bagus. Kalau bau badan tak sedap, jangan pakai kopi. Ada parfum Tuing!
Saya cap semua kopi sama. Rasa pun begitu. Bedanya ada kopi hitam, kopi pahit, kopi susu, kopi krim. Dan itu semua adalah... sotoy level absurd!
Hari ini saya dapat banyak pencerahan. Kang Danang Waluyajati ini ngulik banget kopi. Ternyata, biji kopi dari sumber yang sama, dipetik dari dahan yang sama, hasilnya bisa jadi beragam jenis. Semua tergantung dari bagaimana roasting-nya.
Pun setelah roasting, Barista bisa membuatnya jadi rasa yang beragam.
Masih ada lagi! Suhu air (70 degC, 80 degC, 90 degC misalnya), akan membawa rasa kopi jadi berbeda juga. Itu baru suhu. Ukuran butiran serbuk pun memengaruhi rasa.
Ada yang lebih sepele lagi. Cara menuangkan air panas (pouring) juga menghasilkan rasa yang berbeda.
Emejing, detail pisan!
Saya bawa sampel kopi Gayo ke dia. Udah lama. Kotaknya aja belum dibuka. Ada kali itu kopi antara 6 bulan sampai setahun. Saya bilang, mungkin udah expired. Dia jawab, belum tentu. Kita tes aja.
Kertas saring dibuat kerucut. Suhu air dia pakai 80 degC. Dalam 3 menit, harus mencapai 270 ml, untuk mendapatkan rasio kopi dan air 1:15. Itu metode dia untuk membandingkan kopi.
Sadis metodenya. Engineer banget! (Dia ngaku emang dominan otak kiri).