Lihat ke Halaman Asli

Oksand

Penulis Storytelling dan Editor

Curahan Hati Seseorang yang Lahir di Tahun 80-an

Diperbarui: 27 Desember 2016   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tahun 80an. Odyssey.co

Aku, seorang yang lahir di awal 80an. Kita flash back sebentar, ya.

Masih ingatkah kau, Kawan? Saat itu Nintendo belum lahir, anak-anak yang orangtuanya punya kelebihan duit, bermain Atari di rumahnya. Sebuah permainan yang kasetnya harus dimasukkan ke kulkas. Entah untuk apa, sepupuku yang melakukannya.

Masih ingatkah kau, Kawan? Setelah itu datanglah Nintendo, dengan ikon yang melegendanya: Mario Bros! Tidak hanya Mario dan rekannya Luigi yang meramaikan Nintendo, masih ada Contra – game perang yang saya belum berhasil untuk mendapatkan 30 nyawa dengan cara menekan “atas-atas-bawah-bawah-kanan-kiri-A-B-select-start” sebelum permainan dimulai! Saat permainan mulai, nyawaku masih saja tiga. Ngenes. 

Ada juga permainan Soccer, yang orang-orangnya bergerak seperti Unyil, dengan grafis yang sudah hebat pada masanya. Dan aku masih heran, sejak kapan di permainan bola ada cheerleader saat jeda istirahat? Inovasi yang lebih “wah” lagi, ada permainan Duck, dengan alat pistol tambahan pengganti stick. Setiap bebek yang muncul arahkan pistol ke layar TV lalu tembak! Main game itu serasa jadi koboi.

Setelah itu, muncullah Sega, yang ingin menemani Nintendo dalam dunia “gadget” masa lampau. Mortal Kombat rata-rata dimainkan setiap anak. Dan tak lupa ikon Sonic the Hedgehog, yang sampai muncul pula kartun animasinya di layar kaca. 

Di dunia komputer, aku juga asyik main Digger yang dioperasikan dengan PC berkecepatan RAM 8. Ada tombol turbonya lho di CPU, naik speed jadi 16. Jangan coba memainkan Digger dengan kecepatan 16, dijamin kalah cepat dari musuhnya. Dan kamu tahu, pencapaianku main Digger sudah sampai level-5, dengan skor di atas 20.000!

Bosan bermain dalam rumah, di luar sudah menunggu anak-anak lainnya saling berinteraksi dengan petak umpet, galah asin, boy-boyan, injit-injit semut, bola beklen, congklak, dan seabreg mainan fisik lainnya. Tidak ada permainan individu, minimal dilakukan berdua.

Capek dengan permainan fisik, ada lagi permainan kartu remi. Tapi saat itu aku belum tertarik. Masih lebih menarik main kartu kwartet, yang dimainkan harus berempat. Lalu kita tebak apakah teman kita punya kartu sejenis yang kita pegang? Kangen main kwartet.

Beranjak tahun 90an, masa yang lebih menyenangkan lagi. Pada masa ini hidup begitu bervariasinya. Musik 90an punya warna yang berbeda dengan 80an. Di Indonesia ada Gigi, Project-P, Kla Project, Stinky, Naif, Sheila on 7, masih banyak lagi. Aku masih saja ingat ketika Denny Chandra Project-P menyanyikan lagu “Cantik tapi Bau”. Hahaha.

Komputer mulai dikenalkan dengan Win95, mulai meninggalkan versi 311. Saat itu di komputer, aku pun asyik bermain FIFA 94, jamannya Romario-Bebeto lagi top-topnya. Ronaldo masih duduk di bangku cadangan Brazil kala itu. Kakakku yang saat itu baru menjadi mahasiswa, sudah melek komputer lebih dulu. Dia mengenalkan fitur pencarian di internet, menggunakan jasa Yahoo dan Altavista. Berkomunikasi via email begitu canggihnya saat itu, di saat dunia sahabat pena mulai ditinggalkan.

Masih ingatkah kau, Kawan? Tahun 90an dunia telekomunikasi juga sedang banyak perkembangan. Telepon koin, lalu telepon dengan kartu telepon magnetiknya, sampai dikoleksi karena pilihan latar kartunya berbeda-beda. Setiap beres telepon dengan kartu tersebut, kita cek lubangnya sudah di posisi mana, berapa lagi sisa pulsa kita. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline