Lihat ke Halaman Asli

Penyerangan Gereja Santa Lidwina, Wujud Intoleransi

Diperbarui: 14 Februari 2018   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyerangan Gereja St. Lidwina (sumber: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43021264)

Hari Minggu, 11 Februari 2018, terjadi penyerangan di Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta pada pukul 07.03 WIB oleh pelaku bernama Suliono asal Banyuwangi.

Menurut Kapolri Jendral, Tito Karnavian, pelaku pernah berada pada aksi terorisme di Sulawesi Tengah, Poso, dan Magelang. Pelaku juga memiliki indikasi kuat bersangkutan dengan paham radikal yang prokekerasan. (Kompas.com, 2018)

Kronologi Kejadian

Menurut berbagai sumber, pelaku Suliono ini datang ke gereja dengan menghunuskan pedangnya dan mengenai salah satu umat. Kemudian ia melalui pintu selatan dan mulai masuk ke dalam gereja. Pelaku menghunuskan pedangnya sehingga mengenai beberapa umat. Diduga terdapat 10 umat yang terluka akibat senjata tajam tersebut.

Umat yang berada di dalam gereja berusaha untuk mengontrol pelaku, namun ia masih berusaha menyerang sehingga tidak dapat dikendalikan. Ketika mencapai altar, pelaku mengayunkan pedangnya sehingga melukai kepala Pastor Prier yang sedang memimpin misa.

Masih belum puas dengan apa yang telah dilakukan, pelaku mengayunkan senjata tajam itu ke patung Tuhan Yesus dan Bunda Maria sehingga terjadi kerusakan pada patung tersebut.

Untuk menghentikan aksinya, seorang petugas Polsek Gamping, Aiptu Munir, datang ke tempat perkara dan mencoba melakukan negosiasi dengan pelaku. Namun pelaku tetap berusaha untuk menyerang petugas sehingga petugas memberikan tembakan peringatan.

Tembakan peringatan tidak 'digubris' dan tetap menyerang petugas -- yang menyebabkan tangan Munir terluka. Akhirnya dengan terpaksa pelaku ditembak dan mengenai perutnya. (BBC.com, 2018)

Setelah kejadian penyerangan, Pastor Prier dan korban lainnya dibawa ke Rumah Sakit Panti Rapih untuk dirawat, sedangkan pelaku Suliono dibawa ke Rumah Sakit UGM.

Intoleransi di Indonesia

Seperti yang diketahui oleh masyarakat sendiri bahwa Indonesia memiliki beragam perbedaan agama. Sebagai umat beragama-pun, setiap manusia diajarkan untuk saling menghargai sesamanya meskipun berbeda keyakinan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline