Lihat ke Halaman Asli

Sandra Suryadana

TERVERIFIKASI

30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Cerdik Menolong Korban Kekerasan dalam Pacaran

Diperbarui: 25 November 2018   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(hai.grid.id)

Tanggal 24 November 2018, bertepatan dengan hari ulang tahun saya, saya berkesempatan mengikuti seminar bertajuk "Let's Speak Up From The Start : How To Deal With Relationshit" yang diadakan oleh We Can Community yang bekerjsama dengan Komunitas Sahabat Bicara di Plaza UOB, Jakarta Pusat.

Seminar ini hanya berskala kecil, terdiri dari 2 sesi saja dan dihadiri oleh tidak lebih dari 40 orang yang semuanya adalah wanita, padahal seminar ini terbuka untuk laki-laki juga.

Sesi pertama dibawakan oleh Ibu Rahayu Saraswati, anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra yang saat ini duduk di Komisi 8 DPR RI yang salah satunya membawahi Divisi Perlindungan Perempuan dan Anak. Sementara sesi kedua dibawakan oleh Lidya, inisiator Komunitas Sahabat Bicara yang fokus kerjanya adalah seputar kekerasan dalam pacaran.

Artikel ini akan berfokus pada sesi kedua.

Lidya adalah penyintas kekerasan dalam pacaran (KDP). Beliau mengupas secara singkat selapis luar perkenalan mengenai kekerasan dalam pacaran. Saya merasa hampir semua peserta, terutama yang terlibat dalam diskusi bisa terhubung dengan cerita-cerita kekerasan dalam pacaran atau rumah tangga.

Saya sendiri pun adalah penyintas KDP. Tetapi ada pemahaman yang terputus ketika membicarakan tentang solusi, bagaimana menolong korban yang terjebak dalam situasi KDP. 

Banyak peserta diskusi yang merasa kepentok ketika berusaha menolong korban, seringkali karena korban seakan tidak mau dibantu, lebih mau terus bersama pelaku.

Berikut saya sampaikan hal-hal yang bisa dilakukan oleh semua orang baik yang ingin membantu keluarga atau sahabat yang terjebak dalam KDP, berdasarkan perspektif saya yang pernah menjadi korban:

Putus BELUM TENTU adalah solusi terbaik saat itu.

Saya paham sekali keinginan orang-orang terdekat untuk bisa segera memutuskan korban dari pelaku tetapi memaksa korban untuk segera putus dari pelaku bisa jadi bukan hal tepat bahkan bisa jadi berbahaya bagi korban.

Pelaku KDP adalah orang yang ingin menerapkan dominasi atau kekuasaan kepada korban. Menyarankan korban untuk putus dari pelaku adalah hal yang sulit ditolerir oleh pelaku, itu adalah ancaman bagi dominasinya dan akan membuat pelaku makin berusaha menunjukkan kekuasaannya pada korban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline