Lihat ke Halaman Asli

Sandra Suryadana

TERVERIFIKASI

30 tahun lebih menjadi perempuan Indonesia

Perilaku Bunuh Diri (3): Jangan atau Silakan?

Diperbarui: 17 Desember 2017   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@InfoTheLightID

Setelah memahami lebih jauh mengenai perilaku bunuh diri, seperti yang saya jelaskan di artikel saya sebelumnya, apa yang harus kita lakukan bila ada seseorang yang menceritakan pikiran bunuh dirinya kepada kita?

Hal yang utama yang harus kita lakukan adalah MENDENGARKAN. Mendengarkan sepertinya sederhana tetapi banyak orang tidak bisa mendengarkan dengan benar. Kita mendengar apa yang ingin kita dengar, bukan apa yang ingin mereka sampaikan. Dengarkan dengan seksama, tidak hanya dengan telinga tetapi juga dengan hati. Jangan sekali-kali menyela apalagi menghakimi apa yang dia ceritakan. Tidak perlu panik, 90% orang dengan pikiran bunuh diri tidak berniat untuk benar-benar melakukannya. Mereka hanya ingin didengar, ditemani, mereka ingin minta tolong tetapi kesulitan menyampaikan apa permasalahan mereka. Tetapi jangan juga menganggap sepele, karena kita tidak tahu apakah mereka adalah 10% orang yang akan benar-benar mewujudnyatakan cerita mereka. Tidak ada orang yang sedang terpuruk yang ingin mendengar kata-kata "Ah, gitu aja uda pengen mati. Gue dulu lebih parah daripada elo. Jangan cemen ah! Yang kuat dong!"

Banyak orang salah mengatasi cerita tentang pikiran bunuh diri. Kita seringkali bertindak berdasarkan insting segera menasehati orang tersebut. "Jangan mikir gitu! Ingat Tuhan, ingat keluarga, orang-orang yang kamu sayangi! Banyak doa, setiap masalah pasti ada solusinya, masih ada harapan." Semua kata-kata ini terdengar sangat bagus dan ideal bagi orang yang hendak bunuh diri. Tetapi percayalah, bukan ini yang ingin didengar oleh mereka. Saya juga pernah punya pikiran tentang bunuh diri dan saya benci dinasehati seperti itu ketika saya menceritakan pikiran saya dengan orang lain. 

Ketika Anda menasehati saya seperti itu, rasanya seakan-akan Anda mau menyangkal pikiran saya, tidak mau mendengarkan cerita saya, apa yang saya sampaikan membuat Anda tidak nyaman. Anda menghakimi saya, seakan-akan saya sudah tidak ingat Tuhan lagi, tidak sayang keluarga lagi. Saya hanya ingin Anda tahu apa yang ada dalam pikiran saya, saya tidak bisa membatalkan pikiran ini semudah menjentikkan jari ketika Anda bilang jangan berpikir seperti itu. Ini seperti ketika saya merasa sedih dan Anda bilang "Jangan sedih!" 

Helloooowww..saya sudah terlanjur sedih, bagaimana Anda bisa bilang jangan sedih?! Jangan salah paham, saya tumbuh dari keluarga religius, tetapi ketika pikiran itu datang, Tuhan terasa sangat jauh sekali, bahkan mungkin tidak bisa terpikirkan, begitu juga dengan keluarga dan orang-orang tersayang, semuanya terasa tidak terjangkau, saya merasa sangat sangat sendirian.

Jadi ketika saya bercerita tentang pikiran bunuh diri saya kepada Anda, berarti saya sangat mempercayai Anda, saya percaya Anda bisa membantu, minimal menenangkan dan menemani saya, saya ingin Anda  ada di dekat saya ketika saya merasa sangat sendirian. Maka yang perlu Anda lakukan hanyalah ada untuk saya. Itu saja. Jangan meninggalkan orang dengan pikiran bunuh diri sendirian, jangan membiarkan mereka bergulat dengan pikiran mereka sendiri karena pikiran itu bisa melebar tanpa arah dan tidak bisa dikontrol. Nasehat itu tidak salah, bahkan sangat bagus tetapi tidak tepat untuk disampaikan saat saya sedang diserang oleh pikiran itu.

Dan jangan juga bertanya ini itu tentang pikiran mereka. Pertanyaan-pertanyaan tertentu bisa jadi membuat mereka makin berpikir detail mengenai rencana bunuh diri mereka. Sekali lagi intinya dengarkan saja. Dengarkan dengan seksama menggunakan telinga dan hati.

Banyak orang juga mengira bahwa mendengarkan hanya soal menangkap kata-kata yang keluar dari mulut seseorang tetapi kita lupa banyak bahasa yang disampaikan seseorang tidak lewat kata-kata. Ada bahasa tubuh, gerak-gerik dan serangkaian tindakan yang mengarah pada pikiran bunuh diri. Ini yang sering dilewatkan oleh orang sampai akhirnya setelah anggota keluarga mereka bunuh diri baru mereka mengingat-ingat lagi "Oh iya, dia pernah begini, dia bilang begitu, jadi ini maksudnya dia."Tanda-tanda yang harus kita waspadai bahwa seseorang hendak bunuh dapat dilihat pada gambar. Dan satu hal yang jangan sekali-kali dilakukan adalah memprovokasi orang tersebut untuk melakukan bunuh diri. Banyak orang berpikiran bila kita menantang mereka untuk sungguh-sungguh melakukan apa yang mereka ceritakan, mereka tidak akan melakukannya karena mereka tidak berani. Jangan mengambil resiko ini! 

Kita tidak pernah tahu, seberapa dalam pikiran bunuh diri mereka, bisa jadi setelah ditantang, mereka yang awalnya tidak ada niatan melakukannya, malah benar-benar jadi bunuh diri karena mereka merasa bahwa mereka memang tidak dibutuhkan di dunia ini, orang lain benar-benar menginginkan saya mati, saya dianggap berani bila saya melakukannya, ketimbang tetap hidup tetap dianggap lemah oleh orang lain.

Selanjutya setelah mereka lebih tenang, sudah selesai menceritakan pikiran mereka, ajak mereka mencari bantuan professional, minimal sampaikanlah hal ini kepada professional. Jangan menganggap cerita tentang pikiran bunuh diri sebagai curhat rahasia antar sahabat. Cerita ini adalah tanda bahaya! Kita tidak dibekali untuk bisa menangani perilaku suicidal ini, maka arahkan mereka kepada professional yang memang tahu cara menanganinya. Pikiran bunuh diri adalah gejala awal, percobaan bunuh diri adalah kondisi gawat darurat dan kejadian bunuh diri komplet sudah terlalu jauh terlambat. Lakukan sesuatu saat bunuh diri masih berupa ide dalam pikiran!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline